Alam Manusia dan Mainan

Eko Nur Wibowo

Eko Nur Wibowo
Mahasiswa Bidikmisi 2015/ Pendidikan Agama Islam (Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan)

Permaianan, suatu kata yang mempunyai beragam konotasi dan makna tergantung dari kalimat di dalamnya. Dalam dunia anak-anak permainan dikenal dalam dua bentuk yaitu permaianan tradisonal dan permainan modern. Semuanya berhubungan dengan alam terutama dalam permainan tradisonal. Namun sayang sekali dalam perkembangan dunia yang menglobal sekarang ini permainan tradisonal sangat jarang yang memainkannya. Berbeda dengan waktu kecil saya yang bermain dengan alam. Alam menyediakan bahan untuk bermaian. Banyak permaianan yang berbahan atau medianya dari alam seperti permainan rambatan yang membutuhkan pohon atau tumbuhan disekitarnya, permainan bentikan dengan menggunakan kayu yang diletakan di atas dua bata dan lain-lain.

Salah satu permainan yang mengunakan atau berhubungan dengan alam yaitu ketika bermain ketapel. Sewaktu ingin bermainnya saya dan teman-teman cukup ke kebun atau sawah untuk mencari ranting dari sebuah pohon dan biji-bijian untuk pelurunya, sekarang sangat kontras. Anak-anak tidak lagi mencari ranting maupun biji-bijian, namun mereka lebih mengenal dan bermain ketapel dari sebuah layar kaca dengan gadget nya. Mengapa bisa terjadi, banyak faktor yang mempengaruhinya diantaranya semakin sempitnya atau hilangnya ruang kosong untuk bermain karena banyak lahan yang telah ditanami bangunan-bangunan pencakar langit.

Permaianan tradisonal yang dahulu banyak sekali dimainkan dan sekarang ditinggalkan namun memiliki filosofi luar biasa diantaranya adal peta umpet dan bentengan.Peta umpet yaitu suatu permainan yang dilakukan atau dimainkan dengan banyak anak dan dimulai dengan hompimpah yang selanjutnya anak yang kalah bertugas untuk jaga, sedangkan Bentengan adalah permainan antara dua tim atau lebih yang tujuan utamanya yaitu mempertahankan tempat atau benteng dari tim.

Kini sepertinya permainan ini mulai luntur dalam dunia anak. Namun berkembang di kursi pemerintahan atau elit politik. Banyak tikus-tikus kantor di pemerintahan yang suka main peta umpet. Ketika para kucing-kucing datang mengontrol maka para tikus-tikus tersebut akan berusaha untuk sembunyi dimanapun bahkan dibalik meja temen sekerja atau sembunyi di dalam almari-almari mereka berlarian atau mimikri dengan serapi mungkin untuk bersembunyi agar tidak tertangkap Si Kucing. Si Tikus berusah dan berjuang semaksimal mungkin untuk bersembunyi dari sergapan para kucing dan jikapun ketauhan Si Kucing, maka Si Tikus terkadang tak segan untuk berbagi makanan secara sembunyi-sembunyi agar kejadian yang dilakukan Si Tikus tersembunyi.

Sungguh ironi dalam sebuah pemerintahaan dengan kondisi seperti di atas, sangat kontras dengan filosofi yang mendalam dari kedua permaian tadi yaitu Peta Umpet dan Bentengan. Peta Umpet memiliki manfaat dan filosifi yang luar biasa, peta umpet dapat melatih anak untuk berlatih berhitung, disiplin, berani dan berbuat jujur. Kemudian dalam permainan Bentengan ini juga dapat melatih kelincahan, konsentrasi anak,dan kebugaran jasmani. Apabila dilihat dari filosofisnya permaianan ini menggambarkan sebuah perjuangan yang dilakukan para pejuang terdahulu dalam merebut kemerdekaan Indonesia dengan menguasali benteng-benteng dari para penjajah. Sungguh sangat kontras dengan kondisi atau gambaran sekilas dari beberapa orang-orang yang tak bertanggung jawab dalam dunia pemerintahan.

Dibalik luntur atau memudarnya permaianan anak-anak, namun masih terdapat pula salah satu desa yang menjadikan permainan tradisional sebagai metode pembelajaran yaitu di desa Kadilanggon. Di desa ini terdapat komunitas Oemah Sinau dengan konsep ayo dolan ndeso (ayo bermaian mainan desa). Metode pembelajaran yang unik dimana konsep metode ini berbeda dengan konsep metode dari sekolah. Dalam konsep ini untuk merangsang anak-anak datang ke tempat komunitas ini yaitu dengan permainan-permainan tradisonal, sehingga anak menjadi tidak terbebani untuk datang belajar.

Menurut saya permaian itu bukan hanya sebagai cindera mata saja yang diberikan pada anak-anak secara langsung, lalu anak tersebut memainkannya. Namun permainan itu harusnya lebih mementingkan adanya suatu proses. Proses bermain di dalam lingkungan permainan bermula sejak pembuatan mainan tersebut hingga dimainkannya.

Permainan tradisonal terikat erat dengan alam dan lingkungan, baik dari segi media, alat dan aturan yang ada. Seperti yang dikatakan oleh seorang peneliti melakukan penelitian terhadap mainan anak di seluruh daerah selatan Jawa Barat, dia menilai dengan mainan tradisional kepekaan anak terhadap alam dengan sendirinya akan dilatih. Selain anak-anak yang tumbuh di desa lebih mengenal bahan-bahan alam untuk dijadika mainan, disisi lain mereka juga lebih peka terhadap lingkungan yang ada baik alam sekitar maupun orang lain.

Misal sederhananya adalah ketika seseorang ingin mengambil bambu untuk angklung. Mereka akan mengambilnya sewaktu hujan silantang, hujan yang terjadi setiap lima tahun sekali di musim kemarau. Yang sebenarnya tak ada hujan, namun terdengar suara gemuruh yang sangat kuat. Itulah saat yang tepat untuk mengambil bambu karena kadar air dalam bambu sangat kecil, sehingga bambu yang diambil saat itu dapa menghasilkan suara yang bagus dan tahan lama.

Sangat kontras dengan kondisi anak sekarang yang bermain dengan kotak-kotak saja di dunia yang kotak dan arus global yang terus mengalir. Mereaka hanya bermian dengan gadget-gadget mereka, hal ini juga menimbulkan kurangnya kepekaan mereka terhadap lingkungan masyarakat, semakin memupuk rasa egonya.

Hal ini bukanlah menjadi kesalahan dari anak tersebut secara penuh, namun karena adanya faktor-faktor yang mendorong anak itu untuk melakukan hal itu seperti karena arus media massa yang cenderung kurang mendidik, lahan bermain yang semakin menipis karena semakin banyak ditanami bangunan-bangunan yang menjulang.

Untuk menghidupkan permainan tradisioanal hal yang pertama dan sederhana  adalah menyediakan adanya ruang baik di desa maupun kota untuk area melakukan permainan-permainan tersebut. Kemudian mengenalkan berbagai permainan tersebut dalam dunia anak tersebut.

Konsep-konsep bermain sambil belajar seperti yang berada di Oemah Sinau salah satunya tersebut, apabila ditinjau dari pendidikan sangatlah penting. Para pakar pendidikan maupun Psikologi mengatakan bahwa kegiatan bermainan dapat menjadi sarana untuk perkembangan anak.Dengan melakukan permainan anak-anak akan terlatih secara fisik dengan demikian kemampuan sosial dan kemampuan kognitifnya akan berkembang. Singkatnya permainan di masa kecil akan mempengaruhi pertumbuhan fisik dan perkembangan jiwa anak kelak.

Selain dengan menyediakan lahan atau ruang kosong yang berada di alam sekitar, konsep permainan juga dapat dimasukan ke dalam kuriulum dari sebuah sekolah atau dunia pendidikan. Konsep atau metode bermain sambil belajar akan membangun suasana belajar lebih dinamis,penuh semangat dan antusias peserta didik akan meningkat, dibandingkan dengan konsep belajar yang focus pada materi saja.

Apabila permainan tradisonal ini dapat dijadikan sebagai bentuk kurikulum, hal ini menjadikan pelajar kita mengetahui dan memahami pentingnya mengekalkan permainan ini. Selain melestarikan budaya bangsa agar tidak di lahap Negara lain, juga terdapat nila-nilai yang didapat dari sebuah permainan tradisional tersebut.Kesadaran yang mendalam pada jiwa pelajar tersebut nantinya akan dapat member impak yang mendalam  dalam jiwa seorang pelajar.

Menurut saya konsep belajar sambil bermaian ini seharusnya diterapkan secara seirama dan seimbang dengan perkembangan zaman. Dengan tetap menekankan pada permainan tradisonal yang menjadi warisan budaya bangsa dan memberikan kepekaan terhadap alam ini. Selain itu permainan-permaian tradisional juga dapat menjadikan sebuah ciri khas dan jati diri bangsa ini. Sehingga perlu adanya keterlibatan semua pihak baik dari pemerintahan, pendidikan, orang tua, anak maupun yang lainnya untuk tetap melestarikan budaya dan permainan tradisional  yang mendekatkan kita pada alam serta memiliki makna yang luar biasa di balik sebuah permainan tradisional tersebut. Maka sebenarnya antara alam, manusia dan permianan tradisonal terutamanya itu saling berkaitan untuk keberlangsungan kehidupan di dunia ini.