Bedah Buku Prof. Minako Sakai, Islam VS Pendidikan, Politik dan Ritual

SINAR– Suasana hening, seluruh hadirin berusaha menyimak dengan seksama paparan dari seorang dosen berkebangsaan Jepang yang menjelaskan tentang hasil penelitiannya selama dua puluh tahun tengah masyarakat Sumatra Selatan, Indonesia, Rabu (19/7). Ialah Prof. Minako Sakai hadir di tengah akademisi IAIN Surakarta, di Aula Pascasarjana dalam acara Dinika Apresiasi dan Diskusi Buku.

Pada kesempatan ini, buku berjudul Identitas Gumay, Islam dan Merantau di Sumatera Selatan dibedah oleh sang penulis, Prof. Minako Sakai. Beliau mengatakan bahwa Islam itu diturunkan, namun di Gumay, Islam dikaitkan dengan sistem pendidikan, politik, ritual, dsb. Penelitian ini salah satunya untuk melihat sejauh mana tradisi Islam dapat dipertahankan di era digital.

Dosen yang mengabdikan diri di UNSW Australia ini, dalam sinopsis bukunya menulis bahwa buku ini berusaha menelaah bagaimana Orang Gumay mendefiniskan identitasnya dalam konteks perubahan sosial dan politik, dan tentang proses kontestasi dan negosiasi  identitas Gumay. Gumay adalah salah satu dari sejumlah kelompok etnik berbahasa Melayu yang tinggal di dataran tinggi di Sumatra Selatan, yang tradisinya relatif masih tidak diketahui, bukan saja oleh para peneliti, melainkan juga orang Indonesia umumnya. Kelompok etnik seperti Kikim, Basemah, Semendo,  dan Lintang adalah penghuni dataran tinggi berbahasa Melayu ini. Cara produksi utama mereka adalah bercocok tanam, khsusunya kopi dan karet. Islam adalah agama yang mengatur adat siklus kehidupan mereka. Namun, sejumlah ritual atau sedekah memperingati leluhur juga masih dipraktikkan.

Disamping itu, asal usul sosial di kalangan Orang Gumay pun tak luput untuk dikaji untuk memperkuat keberlangsungan ritual Gumay. Identitas Orang Gumay sangat bergantung pada pelaksanaan adat istiadat Gumay. Meskipun demikian, peran dan makna ritual-ritual ini telah dikontestasi dan dinegosiasi terkait denga perubahan yang terjadi di dunia sosial Gumay, yang terletak di daerah periferal atau daerah pinggiran dalam pembangunan nasional Indonesia. Perubahan di daerah Gumay, Sumatra Selatan ini berasal dari dampak kebijakan pemerintah nasional, berbagai proyek pembangunan , proses urbaninsasi, dan pengaruh Islam yang semakin berdampak pada gaya hidup masyarakat kelas menengah di Indonesia pada masa globalisasi ini.

Rektor IAIN Surakarta, Dr. H. Mudofir sangat mengapresiasi buku yang diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia yang terdiri dari xii + 414 halaman.  “Kajian yang menarik oleh seorang outsider, karena mampu melihat dari sisi tradisi,” katanya. “Adanya seorang peneliti outsider membuat kita semakin mengenal Nusantara atau diri kita sendiri melalui orang lain,” imbuhnya. Rektor pun berpesan agar para mahasiswa IAIN Surakarta harus gigih sebagaimana Prof. Minako Sakai dalam hal mendedikasikan diri untuk ilmu, terkhusus penelitian.

Diskusi kali ini pun dihadiri oleh Kasi Publikasi dari Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Makhrus El Hawa. (Yin/ Humas Publikasi) #BanggaIAINSurakarta