Berdagang Harus Kreatif

Helti Nur Aisyiah, S.Pd., M.Si.
(Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Surakarta)

#BanggaIAINSurakarta

Wajar jika para pedagang di kios-kios Pasar Klewer, kini menempati kios-kios di pasar darurat di Alun-alun Utara Keraton Solo, tidak suka dengan pedagang konfeksi berjual beli di mobil yang makin hari makin banyak.

Pembeli-pembeli mereka beralih ke pedagang bermobil yang berdampak langsung pada penurunan omzet di kios-kios mereka. Kalau kita bertolak dari berita-berita sebelumnya, ini sama kasusnya dengan keberadaan gojek oleh becak.

Ini tentang tidak berterimanya pelaku usaha lama terhadap pelaku usaha baru. Perbandingan harga barang yang dijual antara di kios-kios pedagang Pasar Klewer dan di mobil yang memangkal di sekitar Pasar Klewer membuat kosumen berperilaku dilematis.

Harga barang-barang yang dijual pedagang bermobil dari luar Solo itu lebih murah dari pada di kios-kios pedagang Pasar Klewer. Kondisi ini sejalan dengan teori perilaku konsumen yang menjelaskan konsumen memilih produk dan/atau jasa yang akan dikonsumsinya melalui berbagai pertimbangan.

Salah satu pertimbangannya adalah adanya perbedaan harga antarpenjual. Dengan demikian, tidak mengherankan banyak konsumen yang memilih membeli barang dari penjual-penjual yang menjajakan barang mereka di mobil.

Dengan kata lain, pembeli akan cenderung memilih barang dengan harga yang lebih murah. Barang yang lebih murah ini dalam perbandingan dengan barang-barang yang dijual pedagang di kios-kios Pasar Klewer pasti ditemui di pejual bermobil.

Poster bertuliskan “Kami Menolak Pedagang Bermobil Berjualan Tanpa Aturan” pun bisa jadi bumerang bagi pedagang di kios-kios Pasar Klewer. Orang awam yang belum tahu kesejatian konflik antara pedagang kios dan pedagang bermobil bisa jadi malah penasaran dan berusaha mencari tahu keberadaan pedagang bermobil itu.

Perlu Inovasi

Pedagang di kios-kios Pasar Klewer keberatan dengan aktivitas pedagang bermobil karena harga barang yang dijual pedagang bermobil jauh lebih murah dari pada yang mereka jual.

Lebih murahnya barang-barang ini karena alur distribusi yang pendek (langsung dari produsen). Sebenarnya, barang yang dijual pedagang bermobil dan pedagang di kios Pasar Klewer itu sama.

Hanya karena alur distribusi ke kios lebih panjang (lama) yang melewati beberapa tangan, sehingga menjadikannya lebih mahal. Alhasil, para pembeli yang biasanya membeli barang di kios, mulai melirik tempat yang lebih menarik dan lebih murah.

Kenyataan pahit ini menunjukkan bahwa pedagang di kios-kios Pasar Klewer merasa tersaingi. Persaingan bisnis tentunya menjadi hal yang biasa. Kalau pelaku bisnis lama sudah mulai tersaingi, berarti harus mulai instropeksi.

Sebenarnya fenomena ini bisa diprediksi saat awal menjalankan usaha dengan memakai analisis SWOT, yaitu menganalisis kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) unit bisnis yang akan atau sudah ada.

Jadi, kehadiran teknik pemasaran melalui mobil ini tidak lagi menjadi masalah yang berarti karena ancaman keberadaan pedagang bermobil sudah tertulis dalam analisis SWOT dan hendaknya sudah mulai disiapkan solusinya.

Terlebih para penjual tidak bisa memaksa para pembeli untuk tetap membeli di tempat mereka pada saat ada tempat lain yang menjual barang dengan harga yang lebih murah.

Kehadiran mobil untuk berbisnis belum sepenuhnya dapat diterima oleh para pedagang pasar. Padahal, ini bisa jadi peluang bagi pihak yang tersaingi untuk selalu mengasah kemampuan pemasaran lebih dalam lagi.

Faktanya, tidak semua pedagang di Pasar Klewer bisa menerima realitas ini dengan positif. Mereka butuh pendampingan dari pihak yang berwenang. Pihak yang berwenang itu adalah Pemerintah Kota Solo yang diharapkan mampu melakukan pendekatan kepada kedua belah pihak, pedagang di kios-kios di Pasar Klewer dan pedagang bermobil.

Sebaiknya Pemerintah Kota Solo segera mengakomodasi kebutuhan masing-masing pihak agar permasalahan ini tidak berlarut-larut, misalnya, dengan membuat aturan yang melegakan pedagang di kios-kios Pasar Klewer dan tidak memberatkan para pedagang bermobil.

Artikel ini pernal diterbitkan di Koran Solopos.