DEMA Undang PT.RUM dan Para Pemangku Kepentingan untuk Diskusi Publik

SINAR– Akhir-akhir ini telah terjadi polemik di Kecamatan Nguter Sukoharjo yang diakibatkan oleh pencemaran limbah dari PT. Rayon Utama Makmur (RUM). Masyarakat sekitar mengeluhkan bau yang sangat menyengat dari PT. RUM hingga menyebabkan pusing dan mual-mual. Bahkan anak-anak sekolah pun terpaksa menggunakan masker dalam kegiatan belajar mengajar mereka. Warga daerah sekitar yang tergabung dalam Forum Komunikasi warga Desa Plesan Gupit Celep dan Pengkol (FK-PGCP) melakukan serangkaian aksi untuk menolak pengoprasian pabrik karena mengganggu kesehatan dan aktivitas warga.

Melihat kejadian tersebut Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta menyelenggarakan Diskusi Publik untuk memfasilitasi PT.RUM dan para stakeholders diantaranya Wahana Lingkungan Hidup (WALHI), Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sukoharjo dan masyarakat terdampak yang tergabung dalam FK-PGCP dengan Tema “Polemik Pencemaran Limbah Pabrik PT.RUM dalam Upaya Mewujudkan Keadilan Ekologi Demi Lingkungan yang Lestari, Selasa (5/12) bertempat di Aula Pascasarjana Lantai 4 IAIN Surakarta.

Pembangunan atau pertumbuhan terutama di sektor industri memang sangat penting karena berdampak mengurangi pengagguran dan menggerakkan ekonomi namun jangan sampai merampas hak-hak masyarakat sekitar. Ke depan akan ada empat krisis yang kita hadapi yaitu  lingkungan, pangan, ledakan penduduk dan energi. Maka diperlukan konsep pembangunan yang tidak sekedar berkelanjutan namun juga berkeadilan baik itu berkeadilan dalam masyarakat maupun berkeadilan dalam lingkungan”, ungkap Dr. H. Mudofir, M.Pd (Rektor IAIN Surakarta) dalam paparannya. Beliau berharap dengan adanya pertemuan ini polemik yang terjadi segera usai menelurkan rekomendasi positif serta memperoleh konsensus yang terbaik.

Senada dengan Dr. Mudofir, peserta diskusi yang lain, Dr. Harry Jacom dari Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) mengatakan contohlah harimau dalam berburu, mereka hanya berburu satu jenis hewan untuk dimakan bersama. Tidak menghabiskan semua hewan yang jadi incaran mereka. Jadi harimau memberikan kesempatan pada hewan buruannya untuk berkembang biak sehingga harimau pun tidak pernah kehabisan makanan. Tidak seperti kita yang serakah ingin menguasai semuanya sehingga merusak ekosistem alam dan menimbulkan bencana. (Zat/ Humas dan Publikasi)  #BanggaIAINSurakarta.

Foto: Gustaf