Dua Mahasiswi IAIN Surakarta Juarai Kompetisi Bahasa Indonesia Tingkat Internasional

SINAR- Dua mahasiswi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta juarai kompetisi Bahasa Indonesia untuk mahasiswa tingkat internasional yang diselenggarakan oleh jurusan sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Kamis (24/11). Lomba yang diselenggarakan guna memperingati hari sumpah pemuda dan bulan bahasa Indonesia ini dibuka untuk seluruh mahasiswa baik dari dalam maupun luar negeri.

“Bahasa pemuda, godaan nasib politik bahasa Indonesia” judul esai itulah yang mengantarkan Mutimmatun Nadhifah mahasiswi Fakultas Ushuluddin dan Dakwah ini meraih juara 2. Walaupun menurutnya judul tersebut masih harus dirubah agar mudah dipahami pembaca. Mutim ‘begitu sapaannya’ mengangkat dalam esainya bahwa sekarang ini banyak pemuda Indonesia latah menggunakan bahasa asing khususnya bahasa Inggris dari pada bahasa Indonesia. Bahasa yang mereka pakai sebenarnya ungkpan lisan yang banyak sekali padanannya dalam bahasa Indonesia tapi lebih memilih bahasa asing. Padahal jika dibandingkan dengan para pemuda dulu sudah memperjuangkan bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional walaupun ketika kongres pemuda mereka masih menggunakan bahasa Belanda tapi kesadaran mereka mengantarkan mereka untuk meminta maaf kepada publik.

Sedangkan Imawati Rofiqoh mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab peraih juara 3 kategori esai yang menulis “Kuasa Bahasa Asing Dalam Berbahasa Dikalangan Akademik”  menyoroti penggunaan bahasa asing yang bercampur dengan bahasa Indonesai yang digunakan diruang-ruang akademik dan kuliah. Banyak sekali percampuran bahasa asing yang digunakan tanpa berusaha untuk mencari padanan katanya dalam bahasa Indonesia itu mengkhawatirkan karena tidak sampai pada kesadaran pengetahuan. Karena itu hanya digunakan untuk menyatakan istilah istilah umum yang mudah dijumpai padanannya dalam bahasa indonesia. Hanya saja para akademisi ini lebih mengedepankan gengsi akademik saja.

Menurut wanita kelahiran Sumenep dan Oku Timur yang telah menulis dibanyak media cetak maupun online ini menulis bukanlah hal yang baru, lewat komunitas menulis yang diikutinya. Mereka selalu membudayakan membaca, berdiskusi, membedah buku dan menulis. Penulis buku “Sembarang di Persimpangan” dan “Pengikat dan Pencatan” yang terbit tahun 2015 dan 2016 itu menambahkan juga bahwa membaca dan menulis adalah suatu kewajiban dan tanggungjawab mahasiswa sebagai insan akademis. Serta kewajiban ini tidak akan pernah selesai karena pada dasarnya manusia harus terus belajar sepanjang waktu. (Mun/ Humas Publikasi) #BanggaIAINSurakarta)