Hardiknas: LSO Fordista Gelar Seminar Nasional Optimalisasi Pendidikan Melalui Riset Dan Teknologi

 

SINAR– Lembaga Semi Otonom (LSO) Forum Diskusi dan Riset Ilmiah (FORDISTA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Insitut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta menyelenggarakan Seminar Nasional Pendidikan dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) dengan mengusung tema Optimalisasi Pendidikan Melalui Riset dan Teknologi dalam Perspektif Islam, bertempat di Aula Pascasarjana kampus setempet, Senin (2/5).

Menurut Aprianto Tulus Saputra selaku ketua FORDISTA sekaligus ketua panitia, penyelenggaraan seminar nasional pendidikan ini tidak semata-mata untuk memperingati Hardiknas, namun juga bertujuan meningkatkan budaya baca dan tulis di FITK khususnya dan IAIN Surakarta umumnya. “Ini memang event besar dan pertama kami dengan mendatangkan pembicara tingkat nasional. Kami juga telah menjalin MoU dengan pihak MITI (Masyarakat Ilmuan dan Teknologi Indonesia) sejak tahun lalu untuk menguatkan eksistensi dan pendampingan terhadap FORDISTA. Kedepan kami berencana untuk membuat kegiatan ini sebagai agenda rutin tahunan,” terang Tulus.

Sedangkan Dekan FITK, Dr. H. Giyoto, M. Hum dalam sambutan menyampaikan bahwa Hardiknas merupakan moment yang sangat tepat untuk menilik kembali seberapa terdidiknya kita. Menurutnya, setiap proses dan produk pendidikan tidak selalu membuat orang menjadi terdidik. “Marilah kita mencari instrument, memilah dan memilihnya agar kita dapat menjadi manusia utuh, manusia yang sebenarnya, manusia yang benar-benar terdidik, tidak hanya terpelajar,” paparnya.

Senada dengan Giyoto, Wakil Rektor Bidang Akademik, Dr. Abdul Matin  sangat mengapresiasi LSO FORDISTA dan kegiatannya yang sangat inspiratif. ”Acara ini sangat layak diapresiasi karena sebgai proteksi terhadap kegiatan penelitian. FORDISTA merupakan embrio pada tingkat keilmuan dan keilmiahan untuk meningkatkan budaya ilmiah, teknologi, diskusi, dan pemanfaatan teknologi,” tuturnya dalam sambutan pembukaan.

Seminar ini menghadirkan dua narasumber dari MITI. Pertama, Dr. Dadan Rosana, M.Si yang merupakan konsultan pendidikan sekaligus reviewer penelitian nasional LPDP dan DRPM. Beliau menyampaikan tentang Optimalisasi Pendidikan Melalui Teknologi dalam Perspektif Islam. Menurutnya, dalam perspektif Islam, sains dan teknologi sangat penting untuk membangun peradaban yangkuat dan tangguh. Sebagaimana halnya dulu para khalifah mendorong kaum muslim untuk menciptkan teknologi dan membuat karya ilmiah guna mengembangkan dan  memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Islam tidak pernah melarang sains dan teknologi, namun justru Islam selalu terdepan dalam sainsdan teknologi sejak 13 abad yang lalu. Selain itu, Dadan menyampaikan dalam makalahnya bahwa perkembangan teknologi yang mempengaruhi terhadap perubahan dalam dunia pendidikan yaitu aplikasi teknologi pada pendidikan secar langsung akan mempengaruhi keputusan-keputusan tentang proses pendidikan yang spesifik. Oleh karenanya, dunia pendidikan senantiasa dituntut untuk terus menerus mengikuti alur perkembangan iptek yang kian berkembang pesat, karena pendidikan yang tetap berkutat pada instruksional kurikulum yang kaku hanya kana menjdikan peserta didik gagap terhadap realita kemajuan teknologi yang semakin tak terbendung.

Sedangkan pemateri kedua, Dr. Ratno Nuryadi, seorang penemu Mikroskop Nano menyampaikan tentang optimalisasi pendidikan melalui riset dalam perspektif Islam. Menurut Ratno, pembelajaran berbasis riset sangat penting dikarenakan beberapa hal, diantaranya adalah mampu memperkaya bahan ajar dengan hasil penelitian, menggunakan temuan-temuan penelitian mutakhir untuk melacak sejarah, memperkaya kegiatan pembelajaran dengan isu-isu penelitian kontemporer, dan memperkaya proses pembelajaran dengan melibatkan peserta didik dalam kegiatan peneltian institusi. Dikaitkan dengan perspektif Islam, Ratno dalam makalahnya menulis bahwa Islam sangat mendorong pengembangan iptek, terbukti dengan banyaknya ayat Al-Qur’an dan Hadis Nabi yang memerintahkan untuk memperhatikan penciptaan atau keberadaan dalam semesta, bahkan ayat yang pertama adalah perintah untuk membaca (dalam arti luas) bukan perintah tentang ibadah ritual tertentu. Wallahu’alam. (Yin/ Humas Publikasi)