HMJ SPI IAIN Surkarta Selenggarakan Seminar Kraton Kartasura

SINAR- HImpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sejarah Peradaban Islam (SPI) Fakultas Adab dan Bahasa (FAB) IAIN Surakarta menyelengarakan seminar sejarah dengan tema “Menyingkap Sejarah, Sosial dan Budaya Kraton Kartasura” pada Rabu, (25/9). Dalam seminar kali ini menghadirkan pembicara yang ahli di bidangnya yaitu Daradjadi penulis buku geger pecinan dan juga KRRar. Budoyo Ningrat Dwsija pawiyatan Kraton Kasunanan Surakarta. Seminar yang diadakan di Ruang Teater Gedung Pusat Pengembangan Bahasa lantai 1 ini, selain diikuti oleh mahasiswa SPI semester satu juga dibuka untuk umum, dan juga dihadiri oleh wakil dekan, ketua Prodi Sejarah Peradaban Islam serta dosen-dosen Sejarah Peradaban Islam.

Kemudian seminar dipandu oleh Rafi Fatih Tsauri salah satu mahasiswa SPI semester 7. Ia sedikit memaparkan terlebih dahulu bagaimana awal mula terjadinya Geger Pecinan dan bagaimana orang-orang Cina masuk ke wilayah jawa serta sedikit tmembahas mengenai sejarah Kraton Kasunanan Kartasura. Kemudian acara ini berlanjut kepembahasan dan materi yang di awali oleh Daradjadi dengan membedah bukunya Geger Pecinaan, beliau mengatakan bahwa jebolan pecinan merupakan fenomena besar yang terjadi pada 9 Oktober 1740, pada kejadian tersebut orang-orang Tionghoa melawan VOC. Kemudian beliau menyampaikan penulisan buku Geger Pecinan yang terdiri dari berbagai sumber yakni dari sumber babad pecina dan sumber babad lainnya mulai dari latar belakang geger pecinan hingga berakhir ketika penagkapan RM Garendi oleh VOC.

Selanjutnya narasumber kedua menyampaikan mengnai sejarah Kraton Kasunanan Surakarta dan juga beberapa Sejarah pemindahan Kraton. Dan juga menjelaskan dari sumber babad hingga beliau memberikan contoh Tembang dengan berirama. Menurut para ahli menjelaskan bahwa Kartasura itu tidak bertuah karena dari mulai berdirinya sampai pada akhir Kraton Kasunanan Surakrta selalu dilanda konflik. Adanya konflik yang memanas di Kraton oleh sebab beberapa faktor salah satunya karena adanya upaya pemindahan Kraton dan PB membentuk Tim yang disebut Nitik Siti.

Pada akhir sesi acara adanya beberapa pertanyaan dari mahasiswa yang menyinggung mengenai kebenaran sungai kabanaran dan juga tidak ditemukannya makam Jaka Tingkir yang bertempat di Pajang. Dan dari kedua sumber tersebut memberikan kesan dan pesan terhadap mahasiswa bahwa belajar sejarah untuk menyongsong masa depan dan juga sejarah akan berjalan dengan waktu yang ada maka analisa dengan menulis kembali sejarahnya, dengan pekanya kita kepada kesejarahan maka akan tekun juga kita dalam menuliskan setiap peristiwa. (Zat/ Humas dan Publikasi)