Ini Pesan KH. Abdul Muhaimin – KH. Syamsul Bakri Dalam Menjadikan Pesantren Sebagai Tempat Pembentukan Karakter Bangsa

Keynote speaker: Prof. Dr. H. Mudofir, S.Ag., M.Pd

SINAR- Kamis (31/10), IAIN Surakarta menghadirkan KH. Abdul Muhaimin pimpinan Pondok Pesantren Nurul Ummahat Yogyakarta bersama Dr. KH. Syamsul Bakri, M.Ag Pengasuh Ma’had Al Jami’ah IAIN Surakarta yang saat ini juga menjabat sebagai Wakil Rektor Bagian Kemahasiswaan dan Kerjasama. IAIN Surakarta juga mengundang seluruh perwakilan santri pondok pesantren yang ada di sekitar Surakarta.

Prof. Dr. H. Mudofir, S.Ag., M.Pd yang dihadirkan untuk memberikan keynote speaker mengatakan bahwa masa depan bangsa, kelangsungannya sangat bergantung oleh karakter anak muda yang mengenali budaya bangsanya. Pesantren sudah menjadi bagian dari bangsa ini, keikutsertaan pesantren dalam perjuangan memerdekakan bangsa ini dari penjajah hingga sekarang ini perlu dilanjutkan dengan mengisi dengan tidak meninggalkan wawasan kebangsaan, nasionalisme bahkan cinta tanah air untuk menjadi kurikulum yang diajarkan dipesantren karena pesantren adalah agen persatuan bangsa ini, penjaga keharmonisan budaya. Sudah sepantasnya anak muda seperti kita mampu memberikan perwajahan keindonesiaan yang berbhineka dan berbudaya.

Lebih lanjut Prof. Mudofir mengatakan bahwa makin cerdas dan bermoral para pembaca al Qur’an maka semakin cerdas dan bermoral pula tafsir-tafsir yang dikeluarkan. Karena Islam adalah rahamtan lil ‘alamin maka nilai-nilai yang diajarkan bersifat universal, tidak tertutup. Antara koper dan kafir itu mirip-mirip, yang artinya tertutup”, ungkapnya.

Sedangkan saat seminar berlangsung Dr. KH. Syamsul Bakri, M.Ag bercerita sejarah panjang berdirinya pondok pesantren hingga kiprahnya untuk bangsa ini. Sejarah ini perlu diungkap sebagai bahan refleksi generasi muda dalam mencari tokoh untuk dijadikan teladan dalam membangun bangsa. Salah satu teladan yang perlu dilestarikan adalah teladan budaya pesantren yang sangat besar jasanya untuk kemerdekaan dan pembangunan bangsa. Sejarah kepahlawanan, sejarah keteladanan harus terus diajarkan agar generasi muda tidak kehilangan sosok panutan.

Di lain sisi, KH. Abdul Muhaimin mengatakan bahwa pondok pesantren telah berkembang sedemikian rupa. Pondok Pesantren bukan hanya sebagai wadah untuk transfer knowledge saja tetapi juga sebagai sarana untuk transfer of value and spirituality. Jadi memang sudah sepantasnya jika dipondok pesantren diajarkan sikap saling menghargai, nasionalisme, dan hubbul wathan. Tidak ada satupun nilai ke-universal-an yang bertentangan dengan Islam bahkan sebaliknya. Islam itu memiliki nilai-nilai universal bahkan untuk semesta alam raya ini.

Selain melaksanakan agenda seminar kepesantrenan, di dalam acara yang sama juga diselipkan sesi penyerahan beasiswa untuk para mahasiswa oleh Bank Jateng Kanca Surakarta. (Gie/ Humas Publikasi)