JQH Diskusi dan Nonton Bareng: Pentingnya Toleransi, Hargai Perbedaan

SINARUnit Kegiatan Mahasiswa (UKM) JQH Al Wustha gelar acara Nonton Film Bareng “Pentingnya Toleransi, Menghargai Perbedaan, dan Tidak Menjadikan Suatu Konflik Kekerasan”, Selasa (28/6) di Gedung Graha Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta. Dilanjutkan dengan acara diskusi dengan tema Ramadhan dalam Perbedaan. “JQH berinisiatif untuk mengadakan acara diskusi dan pemutaran film dokumenter yang dilanjutkan dengan buka bersama. Kegiatan ini diselenggarakan dengan sasaran peserta mahasiswa IAIN Surakarta, terutama mereka yang terlibat aktif dalam organisasi internal maupun eksternal kampus. Dengan target peserta kegiatan sejumlah 70 mahasiswa,” terang Sanjaya Aji Mahardika selaku ketua UKM JQH.

“Dengan kegiatan ini diharapkan ke depan peserta dapat mengetahui pentingnya toleransi, menghargai perbedaan, dan tidak menjadikan “kekerasan” sebagai salah satu jalan dalam penyelesaian masalah. Akan tetapi lebih menggunakan pendekatan diskusi bersama (musyawarah) dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah,” imbuh Ahkmad Alfi selaku sekretaris pelaksana.

Kegiatan nonton dan diskusi film dokumenter ini menghadirkan pembicara dari Search For Common Ground (SFCG) Jakarta, Frinsoni Nainggolan. Menurut Soni, Ramadhan dalam perbedaan ini bukan untuk menjadikan suatu hambatan atau perpecahan, bahkan perbedaan bisa jadi peluang untuk kerja sama, asal saling menghormati dan menghargai tanpa adanya kekerasan. “Bertemanlah dengan siapa saja. Perbedaan itu baik, saling menghargai sesama dimanapun berada. Perbedaan itu seperti payung warna warni, namun serasi dan indah”, kata Soni.

“Tujuan dari pemutaran film ini supaya anak muda itu lebih peduli dengan lingkungan sekitarnya, terutama mengenai konflik. Pada umumnya anak muda menganggap konflik itu sesuatu yang buruk dan negatif. Padahal konflik itu tidaklah selalu negatif. Konflik itu netral tergantung kita yang mengelolanya. Konflik bisa membuat hidup kita menjadi baik, membuat anak-anak muda serta mahasiswa lebih mengerti arti konflik. Apabila sudah paham dengan konflik, anak-anak muda bisa menjauhi konflik yang mengandung unsur kekerasan,” paparnya.

Soni mengharapkan dengan adanya kegiatan ini mampu merubah prespektif konflik, karena sangat berpengaruh tentang di mana anak muda ini menghadapi konflik. Soni memilih media audio visual sebagai sarana untuk memberikan pemahaman mengenai perbedaan dan konflik melalui audio visual agar anak muda lebih mudah untuk menerima dan memahami.

Galih Satrio mahasiwa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) semester 3 mengaku senang dan sangat antusias mengikuti kegiatan ini. “Nonton film dan diskusi membantu saya memahami bahwa perbedaan pandangan atau ideologi agama tidak selalu berujung pada konflik kekerasan. Setelah diskusi tadi, saya sekarang faham bahwa konflik tidak sama dengan kekerasan,” ungkap Galih.

Sedangkan Syahid mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum Islam (FSH) semester 6 mengaku tertarik dengan kegiatan ini karena membantu untuk memahami pentingnya toleransi beragama dalam kehidupan bermasyarakat serta meneguhkan untuk tidak terlibat dalam aksi dan kelompok kekerasan ekstrim. (Yin-mg zaqi/Humas Publikasi)