Karena Ibu Adalah Perpustakaan Pertama Bagi Anaknya

(Dalam Rangka Memperingati Hari Ibu Tgl. 22 Desember)

Oleh : Triningsih,S.IP
(Pustakawan Muda IAIN Surakarta)

#BanggaIAINSurakarta

Kalau kamu berfikir untuk masa satu tahun, tanamlah jagung.
Kalau kamu berfikir untuk masa 10 tahun, tanamlah pohon.
Kalau kamu berfikir untuk masa 100 tahun, didiklah anak.
Kalau kamu berfikir untuk masa 1000 tahun, didiklah anakmu dengan Al-Qur’an.
(Anonim)

 

Prolog

Ibu adalah tiang negara. Karena generasi muda yang kelak menjadi pemimpin bangsa lahir dari seorang ibu. Hal tersebut tidak terlepas dari didikan seorang ibu. Jika didikan ibu itu baik, maka dipastikan baik pula keadaan negara di masa yang akan datang. Begitu pula sebaliknya. Jika didikan ibu itu kurang baik, maka kurang baik pula keadaan negara dimasa yang akan datang.

Ibu adalah pihak yang paling dominan dalam proses pendidikan anaknya. Suara ibu itu paling banyak didengar oleh anaknya dibandingkan dengan suara-suara yang lainnya. Semakin cakap seorang ibu dalam memahami perlakuan terhadap anak sejak dini, maka semakin bagus pula pengaruhnya terhadap perkembangan anak. Oleh sebab itu, dibutuhkan agresivitas ibu untuk terus belajar dan belajar, serta menggali informasi yang dibutuhkan agar peran parenting nya bisa maksimal hingga anak mencapai usia dewasa.

Tantangan peran ibu di masa kini jauh berbeda dengan peran ibu masa 10 (sepuluh) atau 20 (duapuluh) tahun yang lalu. Zaman dulu, jika ibu membutuhkan informasi akan bertanya kepada yang senior, yang itu membutuhkan waktu yang lama karena harus mengunjunginya di tempat yang jauh. Misalnya saja ingin mengetahui cara mengasuh balita, menu seimbang balita, tips anak agar tidak nakal, dan lain sebagainya. Sekarang zamannya sudah zaman gadget. Handphone, tablet, laptop, kamera, dan smartphone bisa didapatkan dimana-mana. Sehingga jika ibu membutuhkan informasi yang dibutuhkan tidak perlu menungggu waktu lama. Benar sekali bahwa kekuatan ada dalam genggaman. Ibu bisa mencari informasi yang dibutuhkan hanya tinggal mengklik saja. Tanpa ada batasan ruangan dan waktu.

“Al-Ummu Maktabatul Uula”

Ibu adalah perpustakaan pertama bagi anaknya. Sebagaimana kita semua tahu bahwa perpustakaan adalah gudangnya informasi. Peran ibu dapat diaplikasikan sebagai sumber informasi bagi anak. Sebagai sumber informasi bagi anak, ibu hendaknya harus kreativ, inovatif, dan proaktif dalam menjalankan fungsinya sebagai perpustakaan pertama bagi pertumbuhan anak. Artinya adalah ibu harus bisa menjadi subyek pertama yang berperan dalam memberikan berbagai macam kebutuhan informasi pengetahuan bagi anak. Segala macam pertanyaan dari anak bisa terjawab oleh ibu. Seorang ibu harus rajin membaca agar ilmunya bisa diteruskan dan diterapkannya kepada anak. Tentu saja ilmu yang sesuai dengan perkembangan usianya.

Seorang wanita harus menyiapkan sedini mungkin untuk menjadi seorang ibu. Karena ibu adalah perpustakaan pertama bagi anaknya. Untuk bisa menjadi ibu sebagai perpustakaan pertama bagi anaknya hendaknya seorang ibu itu harus mempunyai sikap seperti dibawah ini, yaitu:

Pertama, mempunyai jati diri sebagai seorang ibu.

Seorang ibu harus bisa memainkan perannya dengan baik. Baik sebagai ibu sendiri maupun sebagai seorang istri. Ibu harus mempunyai martabat keluhuran pribadi yang tercermin dalam sikapnya yang santun, sabar, penyayang, dan lemah lembut. Ibu akan melahirkan generasi berikutnya. Perilaku dan tutur kata yang etis harus diusahakan menjadi bagian dari attitude-nya.

Generasi yang cerdas akan lahir dari ibu yang cerdas pula. Seorang ibu yang mampu memerankan tokoh sentral dalam mencetak generasi yang kuat mental dan tegak keyakinannya (generasi rabbani). Allah SWT berfirman dalam Surat An-Nisa ayat 9: “Dan hendaklah takut kepada Allah SWT orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah SWT dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” Maka tak berlebihan jika dikatakan bahwa kesuksesan dan kebahagiaan keluarga sangat ditentukan oleh peran seorang ibu. Jika ibu adalah seorang wanita yang baik, akan baiklah kondisi keluarga. Sebaliknya, apabila ibu adalah wanita yang bersikap buruk, hancurlah keluarga.

Kedua, penggiat pendidikan.

Tempat belajar pertama kali seorang anak adalah ibu. Ibu adalah gudang informasi. Dari mulut ibu lah anak akan memperoleh berbagai hal tentang kehidupan ini dan belajar tingkah laku. Jika seorang ibu memberikan pendidikan yang baik dan wawasan yang baik kepada anak, maka niscaya anaknya juga akan berkembang baik.

Ibu harus mendorong anak untuk membaca. Membaca segala hal yang bermanfaat untuk dirinya. Membaca adalah jendela dunia. Agar tercapai segala cita-cita yang diinginkannya. Dan menjadi orang yang bermanfaat bagi umat, bangsa, dan negara, serta menjadi pengukir sejarah peradaban bangsa.

Selain mendorong anak untuk membaca, jangan lupakan diri sendiri untuk terus menggali ilmu pengetahuan. Terus belajar dan belajar meningkatkan keilmuwannya. Terus belajar dan belajar karena belajar adalah sepanjang hayat.

 

Ketiga, jembatan informasi.

Jembatan sama halnya dengan penghubung. Ibu harus menjadi jembatan informasi bagi anaknya. Artinya,ibu harus bisa menjadi penghubung informasi-informasi yang didapatkan anak agar sesuai dengan pertumbuhannya. Informasi yang tidak sesuai atau informasi yang belum saatnya berada pada anak, jangan sampai berada padanya. Ibu harus bisa menyaringnya.

 

Keempat, sebagai suri tauladan

Suri tauladan adalah contoh atau model. Ibu harus bisa menjadi contoh baik bagi anaknya. Tentu saja dalam hal ini contoh yang positif. Kedekatan anatar ibu dan anak sudah dibangun sejak janin berada dalam kandungan, sehingga membuat anak mengetahui persis gerak gerik dan sifat ibunya. Anak merupakan imitator yang baik. Hanya dengan melihat tingkah laku dan keseharian dari ibunya, ia dapat menyerap informasi dari apa yang dilihatnya itu. Anak akan meniru segala hal yang ibu lakukan dan semuanya akan terekam dengan jelas dalam memorinya.

Epilog

Sebagai penutup, penulis mengutip kata-kata dari Ali bin Abi Thalib, “Jangan paksakan anakmu menjadi sepertimu, karena dia diciptakan bukan untuk zamanmu”. Di akhir tulisan ini, saya menghimbau kepada semua wanita, ibu dan calon-calon ibu marilah kita berperan menjadi perpustakaan pertama bagi anak-anak kita. Dengan cara tetap memiliki jati diri sebagai seorang ibu, sebagai penggiat pendidikan, dan sebagai jembatan informasi bagi anak, serta menjadi suri tauladan bagi anak. Duapuluh (20) atau tigapuluh (30) tahun lagi merekalah yang akan memimpin negeri ini. Merekah yang akan menjadi pengukir sejarah peradaban bangsa.