Kartini Dulu & Kini

Ketika datang tanggal 21 April, masyarakat Indonesia selalu menyibukkan diri untuk mengenang dan memperingati hari lahir Raden Ajeng Kartini. Pakaian adat Jawa pun tidak ketinggalan untuk disandang sebagai ciri kejawaannya. Dengan ber-sanggul dan ber-blangkon ria, anak-anak TK, SD dan yang lain gembira menyambutnya.

http://mbleg25.deviantart.com/art/R-A-Kartini-in-wpap-366305631Sungguh menarik perhatian ketika si buah hati memakai pakaian adat jawa nampak ayu dan tampan, bak Ratu dan Raja. Ini semua menggambarkan “Ajineng Raga Sangka Busana”. Dia dihormati di sambut kedatangannya ketika memakai pakaian adat jawa yang apik. Katon Njawani, karena ada istilah “Wong Jowo ora Njawani”. (pepatah jawa-red.)

Raden Ajeng Kartini dikenal masyarakat sebagai Putri Jawa yang hebat, tokoh emansipasi wanita, dan penulis karya “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Yang menjadi pertanyaan mengapa Kartini bisa seperti itu?. Menurut informasi yang penulis ketahui, masa remaja Kartini adalah tekun beribadah, dia seorang santri dari KH. Sholeh Darat yang tekun mengikuti pengajian tafsir Al-Qur’an di rumah pamannya. Dari petunjuk Al-Karim tersebut, apa yang selama ini menjadi kegelisahan hati pudar karenanya. Jika hati telah terbimbing dengan Al-Qur’an maka pikiran pun jadi lancar. Ide dan kreativitas muncul, maka Kartini pun menulis:

Jika Iman telah kuat tertancap di dada seseorang, maka akhlakul karimah akan menjadi perilakunya, bagaimana cara berbusana, bagaimana cara berbicara, dan berpesan.

Diibaratkan Kartini adalah seorang wanita di zaman dulu, maka bagaimana Kartini di zaman saat ini? Apa perbedaan Kartini dulu dengan sekarang?.

Sebagai gambaran sekilas: Raden Ajeng Kartini di masa remajanya rajin mengaji, bahkan tamat mengikuti Tafsir Surat Al-Fatihah dengan KH. Sholeh Darat Semarang (majalah Aula). Raden Ajeng Kartini selalu rapi dan sopan dalam berbusana dan bergaul, Kartini selalu menulis dan memikirkan bagaimana nasib pendidikan wanita di masanya sampai Kartini meminta dengan sangat agar KH. Sholeh menerjemahkan Al-Quran dengan bahasa Jawa, dengan harapan wanita atau orang Jawa yang lain bisa mendapatkan pelajaran sebagaimana ia dapatkan. Selanjutnya, Bagaimana kartini di masa kini?. Pertanyaan ini tidak membutuhkan jawaban, tetapi butuh direnungkan khususnya para Kartini masa kini. Wallahu a’lam bi shawab..