Kunjungi IAIN Surakarta, Prof. Arskal: Moderasi Beragama Harus Jadi Communiny of Practice

SINAR– Selasa (17/11), IAIN Surakarta menerima kunjungan dari Kepala Pusat Litbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Prof. Dr. M. Arskal Salim GP, M.Ag. Dalam kesempatan tersebut, hadir Dr. Zainul Abas, M.Ag (Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat), dan jajarannya, Dr. Islah, M.Ag. (Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah), Dr. Ismail Yahya (Dekan Fakultas Syariah), tim penerbit IAIN Ska Press, dan tim Omah Jurnal.

Dalam sambutannya, Dr. Zainul Abas memberikan ucapan selamat datang kepada Prof. Dr. Arskal Salim GP, M.Ag. Selain itu, Dr. Zainul Abas menjelaskan bahwa terdapat 32 dosen di IAIN Surakarta yang memperoleh penelitian kompetitif di tahun 2021. Sehingga, perlu bekerja sama dengan Pusat Litbang Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama agar penelitian dapat berkualitas.

Prof. Arskal menyampaikan bahwa jumlah peneliti di Pusat Litbang tidak banyak. Sehingga, perlu didukung oleh para dosen. Selain itu, penelitian juga harus bertujuan untuk pengembangan, misalkan produk, aplikasi, dan memberikan pengaruh kebijakan. Misalkan, penelitian tentang folklor bukan hanya dibukukan, namun disebarluaskan ke masyarakat sebagai bekal orang tua mendongeng dan membangun karakter anak. Selain itu, IAIN Surakarta berpotensi melakukan penelitian tentang kesultanan dan kerajaan. Sehingga, hasil penelitiannya bisa memperkuat budaya lokal yang berkontribusi pada penguatan moderasi beragama.

Tujuan moderasi beragama tersebut perlu dicapai dengan strategi, misalkan membangun rumah moderasi beragama. Produk dari moderasi beragama ini diharapkan dapat menyasar bukan hanya masyarakat yang sudah menganut moderasi beragama, namun juga masyarakat yang masih belum memahami moderasi beragama. Di sisi lain, Prof. Arskal menekankan bahwa kerja sama antara Pusat Litbang dengan IAIN Surakarta diharapkan dapat menghasilkan penelitian yang bukan hanya bersifat teoritis, namun juga praktis. Dengan demikian, hasil penelitian dapat dikemas dalam bentuk buku atau sejenisnya yang bersifat membumi dan dapat dibaca oleh masyarakat luas.

Lebih lanjut, Prof. Arskal menyampaikan bahwa moderasi beragama memperoleh tantangannya di masa kini, misalkan gerakan ekstremisme Islam. Salah satu faktor menguatnya ekstremisme Islam adalah adanya community of practice, yaitu komunitas orang-orang yang ingin mempraktikkan setiap ritual dan amalan sesuai Nabi Muhammad SAW, misalkan berkuda, memanah, menggunakan dinar dan dirham.

Komunitas tersebut kemudian membentuk solidaritas yang kuat, sehingga setiap ada permasalahan yang berkaitan dengan agama, mereka tampil sebagai komunitas yang sangat solid dan kuat. Oleh karena itu, moderasi beragama juga harus mampu menjadi community of practice untuk menghadapi ekstremisme Islam. Dengan demikian, moderasi beragama harus dapat membumi sehingga setiap penelitian terkait moderasi beragama harus dapat dinikmati oleh masyarakat luas. (Gus/Humas Publikasi)

Sumber: Ahmad Saifuddin