Kupas Tuntas “Menjerat Gus Dur”, DEMA IAIN Surakarta Adakan Bedah Buku

SINAR- Senin(24/2), Dewan Eksekutif Mahasiswa IAIN Surakarta selenggarakan Bedah Buku Menjerat Gus Dur karya Vardika Rizky Utama. Kegiatan yang bertempat di Graha IAIN Surakarta ini dipandu oleh MC tiga bahasa dan dimeriahkan dengan lantunan sholawat dari Grup Hadrah Jamuna Al-Mubarok dan pertunjukan seni bela diri asli Indonesia yaitu pencak silat oleh UKM Beladiri Pagar Nusa IAIN Surakarta.

Kegiatan bertema “Refleksi Kritis Sistem Demokrasi Negeri” ini dimoderatori oleh alumni IAIN Surakarta, Nur Rifa’I, S.E.. Kegiatan diawali dengan sambutan pertama yang disampaikan oleh Ketua DEMA-I, Nurul Ahmad. Ahmad menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dan berpartisipasi dalam penyelenggaraan proker pertama DEMA-I tersebut. “Dalam buku berjudul Menjerat Gus Dur dipaparkan fakta-fakta sejarah terutama dalam pelengseran Presiden Gus Dur. Bukan untuk balas dendam, tapi agar kita tidak diwarisi awan gelap masa lalu dan merefleksikan sejarah untuk masa depan. Maka dari itu, selamat berbedah buku,” imbuhnya.

Sambutan selanjutnya sekaligus Keynote Speaker oleh Rektor IAIN Surakarta, Prof. Dr. H. Mudofir, S.Ag, M.Pd. Pada sambutannya, Mudofir mengawali dengan apresiasinya terhadap penulis buku Menjerat Gus Dur (Virdika). “Gus Dur adalah presiden sekaligus tokoh yang banyak dikagumi baik oleh orang Indonesia maupun luar negeri, bahkan mereka yang beragama non muslim juga mengagumi kehebatan Gus Dur dengan kelakarnya yang selalu mengundang tawa dan mengandung unsur filosofi, serta cara bicaranya yang mudah diterima dengan baik tanpa menyinggung siapapun yang mendengar atau membaca pernyataannya, sebagaimana yang diucapkan oleh Aris Toteles bahwasannya pemimpin yang genius bersal dari latar belakang filosof,” ujarnya. “Perjalanan panjangnya yang hingga pada akhirnya ia harus diberhentikan sebelum berakhir masa jabatannya adalah salah satu dari kelamnya politik Indonesia,” tambahnya.

Usai Keynote Speaker oleh Rektor IAIN Surakarta, dilanjut dengan acara inti dari bedah buku “Menjerat Gus Dur”. “Gus Dur memerintah pada masa transisi, di mana dari pemerintahan otoriter ke arah demokrasi, dan pada masa itulah kondisi Indonesia masih rawan dalam hal demokrasi, dikarenakan banyaknya pendukung pemerintahan otoriter yang kurang terima atas runtuhnya pemerintahan otoriter khususnya ABRI dan PNS. Mereka mengira dengan menaikkan Gus Dur sebagai presiden, mereka bisa menjadikan boneka untuk meraih kepentingan mereka, tapi ternyata jauh di luar dugaan yang pada akhirnya Gus Dur diturunkan dengan fitnah-fitnah yang ditujukan padanya,” ujar Virdika menyampaikan isi buku.

Dalam kelakarnya, Virdika menyampaikan bahwa Indonesia memang butuh pemimpin yang tidak mengenal politik kompromi dan terbebas dari desakan atau beban golongan, seperti Gus Dur dan Jokowi. Virdika juga mengungkapkan, “Sejarah Indonesia bergantung pada produser sejarah tersebut, sebagaimana dalam buku-buku sejarah Indonesia yang menunjukkan bahwa Gus Dur diturunkan karena mutlak bersalah, maka dari situlah kita bisa menyebut bahwa itu adalah upaya menjerat gus dur dalam cerita perspektif negatif,” pungkas Virdika.

Usai penyampaian isi buku dilanjutkan dengan pembanding atas apa yang telah disampaikan. Dalam kesempatan ini disampaikan oleh Dr. Aksin Wijaya, M.Ag. (Dosen dan Direktur Pascasarjana IAIN Ponorogo). Aksin menyampaikan, “Buku ini lahir pada momen yang tepat di masa elektronik yang dapat dengan cepat menjadi hal yang fenomenal dan viral, ditambah dengan isi buku tersebut yang bersifat historis, yang mana sejarah Indonesia perlu mendapatkan klarifikasi terperinci dengan penelitian intensif. Selanjutnya adalah menyinggung politik yang mana kekuasaan akan bertahan ketika dapat menjaga legitimasi, juga moral yang kuat dangan menjunjung HAM dan tak lupa juga kejujuran yang membawa terwujudnya bebas korupsi, kolusi, nepotisme (KKN). Andaikata Gus Dur dapat memperbaiki ekonomi dan politik ke arah yang lebih baik lagi di Indonesia, maka tak menutup kemungkinan Gus Dur dapat menyelesaikan masa jabatannya hingga akhir periode. Tapi dikarenakan Gus Dur yang tidak mau berkompromi sekalipun telah terjadi aksi oleh beberapa golongan yang membawa tuntutan. Akan tetapi, Gus Dur menghiraukan tuntutan itu dan tidak mau mempertaruhkan demokrasi hanya untuk mempertahankan jabatan, yang pada akhirnya Gus Dur diturunkan dari jabatannya. Maka dari itu buku ini bukan hanya membuka sejarah namun juga untuk masa depan dan untuk demokrasi Indonesia yang lebih baik,” ujar Aksin menyampaikan sisi lain dari Gus Dur.

Usai melewati acara inti, dilanjutkan dengan tanya jawab. Seluruh audiens sangat antusias bertanya, baik tentang buku tersebut, langkah yang diambil setelah mendengar fakta tentang Gus Dur dalam buku “Menjerat Gus Dur”, dan pertanyaan lain, sehingga diskusi menjadi menarik. Setelah terlaksana serangkaian acara demi acara, tiba saatnya berfoto bersama sekaligus penandatanganan buku “Menjerat Gus Dur” oleh penulisnya. (Gus/ Humas Publikasi)

Sumber: Aziz C.K.,Pengurus DEMA-I