Membaca Pergeseran Watak Bisnis

Apabila Anda salah satu orang yang pernah melewati kehidupan pada tahun 80-an mendengar walkman mungkin sudah tidak asing ditelinga. Bagaimana tidak elektronik ini sangat tenar di zamannya dan dianggap barang mewah karena hanya dimiliki oleh orang tertentu saja dengan harga yang lumayan mahal. Bila orang harus memakai tape ukuran super besar untuk mendengar musik, walkman begitu praktis dengan ukuran kecil dan mudah dibawa kemana-mana.

Tetapi seiring berkembangnya waktu keberadaan walkman harus tergeser dengan kemunculan mp3 player dan mp4 player yang lebih kecil dan praktis, mudah dibawa kemana-mana terutama saat bepergian jauh. Dengan kemudahannya, tanpa menggunakan kaset atau hanya tinggal mendownload musik melalui internet saja.

Kemudian pada tahun 90-an trend bisnis berganti ke yang paling terkenal yaitu wartel atau warung telekomunikasi yang merupakan sarana paling canggih sebagai media komunikasi dua arah, tanpa harus bertatapan muka secara langsung untuk dapat saling bertukar informasi atau kabar. Di zaman ini wartel sangat menjamur, hampir disetiap daerah terdapat usaha jasa pelayanan ini. Maklum saja banyak masyarakat yang tidak memiliki sambungan telepon pribadi maupun ponsel yang belum banyak beredar di kalangan masyarakat.

Namun naas pula nasib pengusaha wartel, lagi-lagi teknologi mutakhir menggeser peradaban wartel. Saat ini smart phone lahir dengan fitur-fitur yang luar biasa canggih. Orang dapat bertatapan  muka meskipun tidak berada di satu tempat dengan fasilitas video call, bisa ngobrol dengan orang asing dari berbagai negara dengan aplikasi sosial media.

Beberapa contoh tersebut menandakan bahwa pola ekonomi masyarakat Indonesia mengalami pergeseran yang begitu besar dari tahun 80-an yang masih begitu tradisional, kemudian 90-an masa ekonomi konvensional dimana pengaruh barat mulai timbul, sampai pada tahun 2000-an yaitu zaman bisnis modern yang serba teknologi.

Kondisi ekonomi Indonesia sebelumnya tidak semaju abad 20 ini. Tahun 80-an barang produksi yang beredar masih terbatas. Pola ekonomi masih terfokus pada pemenuhan kebutuhan pokok. Adanya perbedaan konsumerisme kaum biasa dengan kaum elit yang mencolok, terutama dalam hal gaya hidup. Hanya kaum elit yang mampu membeli pakaian bagus, menggunakan kendaraan dan menempuh pendidikan. Sedangkan masyarakat biasa harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan pokok.

Tahun 80-an jauh berbeda dengan tahun 2000-an orang akan sulit membedakan mana masyarakat biasa dan mana kaum elit. Karena di masa ini ekonomi dan sosial masyarakat jauh lebih maju. Motor bukan lagi menjadi barang mewah melainkan suatu kebutuhan pokok. Masyarakat biasa bergaya menyerupai kaum elit. Dunia pasar yang semakin tak terbendung dengan produk yang demikian macam malah menjadikan sifat konsumerisme masyarakat menjadi menyeruak.

Efek Impor dan Dominasi Teknologi

Dibalik adanya barang yang beragam merupakan imbas dari pengaruh impor. Negara Indonesia menjadi salah satu sasaran empuk bagi peredaran barang luar negeri. Biaya impor yang lebih murah, jumlah penduduk yang banyak, dan kemudahan barang luar masuk akibat dari sikap pemerintah yang welcome terhadap pasar internasional.

Impor bermaksud mempermudah masyarakat dalam mendapatkan barang kebutuhan yang tidak ada didalam negeri, tetapi yang terjadi justru kebalikannya semua barang luar malah masuk ke Indonesia. Tentunya pihak yang paling dirugikan disini adalah pengusaha produk lokal yang kalah bersing degan produk luar yang harganya yang lebih murah dan bermerek internasional.

Selain itu euphoria teknologi menjadikan pemuda terlalu jauh berselancar didunia yang tidak ada habisnya. Kehidupan mereka seakan hanya ada chating, up date status dan saling berkomentar melalui sosial media. Padahal Negara ini membutuhkan mereka. Untuk menggandeng satu sama lain keluar dari zona nyaman meraka. Dan memulai sesuatu yang baru dan lebih berguna mengingat pemuda generasi millenial yang harus siap dengan perubahan zaman dimana akan ada temuan baru setiap waktu.

Seperti perkembangan hand phone yang selalu mengeluarkan model dengan fitur terbaru. Jika pemuda terlalu asik mengikuti perkembangan tekologi maka ia hanya akan menjadi budak teknologi. Orang akan ketergantungan dan waktunya hanya akan habis untuk mengikuti tren teknologi yang kebarat-bratan.

Apabila digunakan dengan bijaksana teknologi dapat mendukung dunia bisnis, seperti bisnis yang sedang tren saat ini yaitu online shop. Tentunya diperlukan keuletan dan konsisten dalam menjalankannya. Pemerintah juga semakin serius menggarap perbaikan kemiskinan dan pengangguran. Dengan mengoptimalkan pelatihan bisnis dan pendampingan Usaha Kecil Menengah (UKM), memaksimalkan kinerja dan kerjasama dinas sosial, dinas tenaga kerja, dan dinas pendidikan dalam mendampingi masyarakat terutama pemuda. Kesempatan ini dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan atau mengasah skil yang dimiliki.

Menyegarkan SMK

Tidak sedikit pemuda mengalami keraguan dalam melangkah kedunia bisnis. Rasa takut akan kegagalan harus diatasi. Pelatihan bisnis dapat dijadikan cara untuk mengusir rasa tersebut. Dengan pelatihan bisnis pemuda akan tahu bagaimana cara menjalankan bisnis dari titik awal, menguasai praktik bisnis dan dapat melakukan pengembangan skill atau potensi yang dimiliki. Sehingga diharapkan ada inovasi tercipta dari pemuda yang berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat.

Peran penting pemerintah dalam pengembangan potensi pemuda. Salah satunya dengan mengoptimalkan pendidikan berbasis pengembangan skill yaitu SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) yang lebih teroptimal pada jurusan pekerjaan tertentu. Dengan keterampilan yang diajarkan harapannya mampu menjadi bekal pemuda dalam memperoleh pekerjaan dan menggurangi angka pengangguran yang selalu bertambah setiap tahun.

Tapi pada kenyataannya istilah yang muncul bagi SMK adalah pencetak generasi pembantu. Karena pembelajarannya adalah cara menjadi seorang karyawan. Pemuda tidak dididik untuk menjadi seorang wirausahawan yang mampu menggandeng tangan pemuda lain untuk bekerja di bawahnya. Tetapi menanamkan konsep bahwa siswalah yang harus digandeng tangannya agar mampu berdiri di bawah kaki orang lain.

Meskipun tidak semua SMK seperti ini namun pemerintah perlu mengoptimalkan kembali lembaga pendidikan SMK agar terealisasi dengan baik. Saat ini SMK ibarat tanaman yang sedang layu dan membutuhkan air utuk penyegaran. Untuk menumbuhkembangkan SMK perlu adanya peran guru dan pemerintah dalam membuka kesempatan bagi siswa untuk menciptakan pekerjaannya sendiri. Bukan untuk penyaluran kerja diperusahaan tetapi bekerjasama untuk memantau dan melatih siswa mendirikan lapangan pekerjaan.

Misalkan lulusan otomotif diarahkan untuk membuka pekerjaan dengan melakukan jasa perbaikan kendaraan. dengan adanya dukungan dari pemerintah sebagai fasilitator, guru sebagai pembimbing dan perusahaan sebagai mitra kerja bukan hal yang mustahil pemuda akan mendominasi dunia bisnis.

Persaingan MEA

Di era perdagangan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) pemuda dituntut untuk mampu bersaing dalam percaturan ekonomi di Asia Tenggara. Karena Indonesia harus bersaing dengan pekerja luar negeri. Jangan sampai Indonesia menjadi karyawan di negarannya sendiri sedangkan pemimpinya adalah orang asing yang pasti memiliki misi tertentu untuk memanfaatkan segala potensi yang ada di Indonesia demi kepentingan personil ataupun komersial, dimana para pemegang modal besar berkesempatan untuk menelan pemodal kecil.

Namun disisi lain perdagangan bebas justru menjadi ladang subur bagi pembisnis untuk mengembangan produknya ke manca negara. Dengan fasilitas yang telah Tuhan berikan berupa SDA dan SDM yang melimpah harusnya Indonesia mampu bertahan digelombang arus perdagangan internasional dan menjadi negara berpegaruh yang penyokong perekonomian dunia.

Menjadi pemuda bukan berarti menghabiskan waktu yang dimiliki dengan kegiatan yang tak menghasilkan imbas positif bagi orang lain. Sesuatu yang salah apabila berfikir bahwa masa muda harus diisi dengan bersenang-senang.Akan ada pembaharuan yang siap mengejutkan masyarakat, yang nantinya masyarakat tidak dapat diam, melainkan ikut ambil dalam pembaharuan tersebut. Mengingattahun 2000-an iniakantergeser pula dengan sistem yang lebih canggih dan mengagetkan ditahun-tahun berikutnya. Pemuda dituntut untuk mampu membaca pola pergeseran ekonomi ditengah-tengah arus globalisasi.