Menangkal Pelecehan Seksual pada Anak dengan Child Comprehension Education

SINAR – General Stadium dengan tema Menangkal Pelecehan Seksual pada Anak dengan Child Comprehension Education digelar oleh Jurusan Pendidikan Guru Raudhatul Athfal (PGRA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta. Diikuti oleh lebih dari 300 peserta. Gedung Graha kampus setempat penuh sesak oleh mahasiswa yang hadir untuk mengikuti Kuliah Umum dengan pembicara seorang ahli seksologi, dr. Andri Putranto, M.Si, Kamis (29/9).

Drs. Subandji, M.Ag, Kajur PGRA dalam sambutannya mengatakan bahwa pengangkatan tema ini sangat relevan dengan kondisi sekarang. “Saya berharap teman-teman calon guru PGRA menaruh perhatian lebih terhadap anak-anak agar mereka tidak menjadi korban maupun pelaku. Kita harus menjadi generasi yang menyelamatkan anak-anak dari pelecehan seksual,” ujar Subandji.  “Dengan 304 mahasiswa PGRA, ini saatnya PGRA memiliki HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) sendiri karena 304 mahasiswa sudah merupakan komunitas yang besar. HMJ dapat menjadi media untuk memperluas pergaulan, wawasan, dan cakrawala yang global,” imbuhnya.

Sedangkan Dekan FITK, Dr. H. Giyoto, M.Hum menyatakan bahwa seni, estetika, dan psikomotor menjadi hal dominan yang dikembangkan pada jurusan PGRA. “Hal terpenting dalam PGRA adalah bagaimana cara membentuk karakter anak  selanjutnya baru mendidik tumbuh kembang anak serta perilaku,” terangnya. Giyoto pun dengan lantang mengatakan bahwa seharusnya PGRA berada dalam pendididkan formal, bukan pendidikan di luar sekolah sebagaimana nomenklatur  saat ini. PGRA, PGTK dan PAUD memiliki peran yang sangat penting dan utama dalam membentuk karakter seorang anak.

Narasumber kocak yang akrab dipanggil Dokter Andri menyampaikan materi dengan penuh keceriaan. Beliau menyampaikan empat poin penting terkait dengan Pendidikan Seks Demi Mencegah Pelecehan Seksual yaitu latar belakang pelecehan seks, latar belakang seksualitas, pendidikan seks pada anak dan tentang komitmen bersama. Menurutnya, dengan mengambil teori Hurlock tentang pembagian umur, anak memiliki masa, yaitu 1 -5 tahun saatnya mereka mengenal “tubuhku dan keluargaku” dan masa  3 – 10 tahun saatnya mereka mengenal asal muasalnya. Hal yang tak kalah penting yang beliau tekankan terkait pencegahan pelecehan seksual adalah menanamkan rasa malu sejak dini,  menanamkan maskulinitas & feminimitas,   memisahkan tempat tidur,  mengenalkan adab “berkunjung”,  mendidik menjaga kebersihan alat kelamin,  menjaga dari pergaulan bebas, dan  mendidik etika berpakaian berhias. (Yin/ Humas Publikasi) #BanggaIAINSurakarta