Mendidik Anak Sejak Dini

Oleh: Siti Nur ‘Aini (Mahasantri Ma’had al-Jami’ah IAIN Surakarta)

#banggaIAINSurakarta

Anak usia dini merupakan salah satu aset dalam membangun masa depan bangsa. Dengan mengajarkan hal baik pada anak sejak usia dini maka nantinya anak akan terbiasa dengan hal-hal positif kedepannya. Mengajarkan anak tidak perlu dengan paksaan dan energi yang sama dengan remaja. Karena anak usia dini merupakan anak dengan berbagai macam keunikan dan karakter yang beragam. Tidak semua anak usia dini mempunyai kecerdasan yang sama, namun tugas kita sebagai seorang pendidik maupun orang tua adalah untuk mendorong anak dan membantu dalam proses perkembangannya.

Dalam kebanyakan kasus saat ini adalah orang tua maupun pendidik yang kurang mengamati perkembangan anak akan mengecap anak usia dini itu diukur dalam satu kecerdasan saja.  Misal anak yang pintar dalam matematika dan yang lain tidak.  Maka akan muncul stereotipe anak yang bodoh. Padahal, faktanya dalam teori Howard Gardner mengemukakan bahwa anak mempunyai 9 kecerdasan atau biasa disebut multiple intelegence/ kecerdasan majemuk. 9 kecerdasan tersebut, yaitu kecerdasan logis matematis, naturalis, intrapersonal, interpersonal, musikal, spiritual, kinestetik, linguistik, dan spasial. Dari 9 kecerdasan tersebut dapat diketahui bahwa terdapat banyak kecerdasan yang dapat dikembangkan dalam anak usia dini.

Dari 9 kecerdasan majemuk yang dikemukakan Howard Gardner semua berperan penting dalam proses perkembangan anak usia dini. Agar anak dapat berkembang dengan baik yaitu dengan memberikan stimulus yang tepat sesuai usianya dan pas dengan porsinya. Untuk itu, pemberian stimulus yang tepat untuk anak usia dini adalah dengan sikap teladan. Karena, anak mempunyai salah satu sifat yang unik yaitu menirukan setiap gerak gerik orang dewasa. Kalau kita memberikan contoh yang tidak baik, maka anak tersebut dengan cepatnya menangkap apa yang kita lakukan.

Lingkungan juga mempengaruhi perkembangan anak, jika anak berada di lingkungan pendidik atau orang tua yang suka berkata kotor atau hal yang tidak wajar untuk dijadikan contoh dalam nilai-nilai kehidupan, maka anak akan berkembang seperti apa yang dilihatnya. Dari berbagai teladan yang baik, untuk umat Islam yang dapat dijadikan teladan adalah Rasulullah SAW. Seperti yang terdapat dalam Q.S Al-Ahzab: 21 yaitu:

“لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا “

Terjemah Arti: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Mendidik anak dengan sikap dan suri tauladan yang baik akan memberikan dampak positif bagi masa depan anak dan tentunya untuk masa depan bangsa ini. Masa depan anak sangat penting bagi generasi penerus bangsa. Contoh sikap teladan yang perlu diterapkan di masa ini adalah dengan menanamkan dan membantu anak dalam sikap antri dan sabar dalam mengantri ditempat yang ramai, seperti mengantri dalam toilet, kasir, maupun antri mengambil makanan di prasmanan.

Jadi, tentunya dalam mendidik anak kita diperlukan untuk memulai sikap teladan yang baik demi masa depan anak. Tanpa harus membanding-bandingkan anak satu dengan anak yang lain. Karena setiap anak mempunyai kecerdasan dan sifat yang berbeda-beda.