Mengenal Budaya dan Makanan Luar Negeri melalui Talkshow dan Welcome Party

SINAR- Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) angkatan 2018 IAIN Surakarta menggelar acara Talkshow dan Welcome Party bertajuk “Celebrating Diversity” di Aula Gedung FAB lantai 4, Jumat (29/11). Acara ini mengusung konsep keragaman budaya dari berbagai negara yaitu: USA, Germany, Korea, China, Japan, Saudi Arabia, Rusia, Turkey, South Africa, India, Brazil, Egypt, Spain, Phillippine, Holland dan Thailand.

Pengenalan budaya dan makanan luar negeri sudah menjadi agenda tahunan mahasiswa PBI semester 3. Agenda ini digagas oleh Mr. Wildan Mahir Muttaqin, M.A. TESL.  dan Mrs. Fitri Ana Ika Dewi, M.Hum. selaku dosen mata kuliah Cross Cultural Understanding. Berangkat dari mata kuliah CCU, mahasiswa telah dibekali pemahaman mengenai konsep lintas budaya seperti celebration days, social realations, cultural conflict dan sebagainya. Dari teori yang didapatkan di kelas tersebut, Mr. Wildan dan Mrs. KD –sapaan akrabnya- berharap mahasiswa dapat mempraktekkannya langsung dan mengemasnya melalui Talkshow dan Welcome Party.

Diungkapkan oleh Mr. Wildan Mahir Muttaqin, M.A. TESL. dalam sambutannya selaku perwakilan dosen pembimbing CCU, bahwa acara ini merupakan salah satu kegiatan akhir mata kuliah Cross Cultural  Understanding. Beliau berharap dengan diselenggarakannya acara ini dapat meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris mahasiswa PBI dan merupakan sarana dalam mengenalkan kebudayaan dari berbagai negara dengan mendatangkan langsung beberapa pembicara dari berbagai negara.

Ditegaskan pula oleh Mrs. Budiasih S.Pd., M.Hum. selaku ketua jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dalam sambutanya bahwa terdapat banyak keragaman di sekitar kita, seperti keragaman budaya ataupun bahasa, dan kita harus saling belajar. Di akhir sambutannya, beliaumenghimbau kepada audiences untuk saling menghargai perbedaan “if we want to make the world in peace, we have to respect each other” ungkapnya.

Acara dilanjutkan dengan talkshow yang dimoderatori oleh Khoeirunnisa Khumaero, mahasiswi PBI-3B. Talkshow yang bertajuk “Celebrating Diversity” dihadiri oleh 8 pembicara, tamu undangan dan dosen-dosen PBI, 302 mahasiswa PBI, serta pengunjung dari berbagai jurusan dan umum. Talkshow diawali dengan perkenalan pembicara, yaitu Alfonso dari Portugal, Sazwani dari Thailand, Aisha dari Uganda, Jessica dari Amerika, Diana dari Portugal, Nouraldeen dari Sudan (Afrika Utara), Aisha Afrika Barat, dan Zana dari Myanmar.

Alfonso menjelaskan bahwa di negara Portugal didominasi oleh Agama Kristen, dan terdapat banyak tradisi populer yang diselenggarakan, yang diantaranya adalah perayaan natal. Dia menceritakan pengalaman ketika pertama kali datang di Indonesia. Ia mengatakan bahwa orang Indonesia sangat baik, membantunya membawakan barang tanpa meminta imbalan uang. Alfonso juga mengenalkan makanan khas negaranya yakni risoles yang sudah banyak diketahui dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.

Selanjutnya, Sazwani menjelaskan mengenai negara asalnya –Thailand- yang didominasi oleh penganut Buddha Theravada sekitar 95% penduduknya, dan sekitar 4%  beragama Islam, terutama di daerah selatan dan sisanya beragama Kong Hu Cu, Kristen, Hindu dan lainnya. Ia juga menceritakan festival “Songkran” yang terkenal di Thailand yang diadakan pada tanggal 13-15 April setiap tahunnya. Tidak hanya budaya dan agama yang beragam, bahasa yang ada di thailand juga ada berbagai macam, yaitu bahasa Thai dan Melayu. “Bahasa Melayu biasanya digunakan di daerah Thailand Selatan” ungkapnya. Sazwani juga melanjutkan penjelasannya ke makanan khas Thailand yaitu Somtam dan Tomyam. Berkaitan dengan makanan, Sazwani ternyata bahwa dia mengalami culture shock terhadap makanan Indonesia yang menurutnya terlalu manis, sedangkan makanan Thailand yang terkenal masam dan pedas.

Dilanjutkan oleh Aisha, Ia menjelaskan bahwa di Uganda didominasi oleh agama Kristen. Aisha menggambarkan negaranya sebagai sebuah negara agricultural. Shock culture yang ia alami saat pertama kali di Indonesia yakni orang-orang yang selalu menanyakan “sudah makan?” kepadanya. Ia menceritakan pengalamannya itu dengan sedikit menahan tawa, karena di negaranya pertanyaan tersebut tidak lazim untuk dipertanyakan.

Sementara itu, Jessica dari USA  menceritakan pengalaman culture shock yang dialaminya lebih pada fasilitas yang ada di Indonesia. Di negaranya, dia terbiasa menggunakan Shower ketika mandi, akan tetapi di Indonesia dia harus menggunakan gayung untuk mandi. Sama halnya dengan Diana, ia terkejut dengan closet yang ada di Indonesia yakni closet jongkok, sedangkan di Portugal tidak ada yang seperti itu. Akan tetapi untuk bahasa, ia mengungkapkan bahwa ada kesamaan bahasa seperti Sabtu menjadi Sabado, Sepatu, Sapato, Kereta menjadi Carreta, dan sebagainya.

Pembicara selanjutnya ialah Nouraldeen yang biasa dipanggil Nur, dari Sudan (Afrika Utara). Ia menjelaskan keragaman agama yang ada di Sudan yaitu terdiri dari agama Islam dan Kristen. Nur juga menjelaskan tentang pakaian khas Sudan yang terbuat dari kulit hewan seperti ular dan singa. Selanjutnya Aisha, pembicara berasal dari Afrika Barat. Ia menyatakan bahwa di pertama kali ia tiba di Indonesia, ia selalu membawa payung kemana pun ia pergi. “Indonesia is very hot and it’s very hard for me.” uangkapnya.

Pembicara terakhir berasal dari Myanmar, yakni Zana. Ia menjelaskan bahwa Myanmar didominasi oleh penganut agama Buddha, tapi ada juga agama Islam, Hindu dan lainnya. Zana juga menceritakan jika terdapat kesamaan kostum antara Myanmar dan Indonesia yaitu Pakaian tradisional Sarung. Tak lupa juga, Zana memperkenalkan kosmetik khas Myanmar yang bernama Tanaka.

Acara semakin meriah ketika acara berlanjut pada Welcome Party. Sebanyak 302 mahasiswa PBI antusias dalam menampilkan budaya dari negara-negara yang sudah diundi sebelumnya. Penampil pertama adalah kelompok Germany. Mereka mengenalkan negara Jerman dan dilanjutkan dengan menampilkan tarian Folk Gauklertanz. Sementara itu, kelompok Egypt menampilkan Cleopatra Pharaonic Egyptian Dance dengan kostum kreasi mereka sendiri yang sangat unik.

Kelas A1 yang mendapatkan negara USA, menyuguhkan suara emas kelompoknya yakni menyanyikan Country Roads yang ditampilan bersama dengan tarian koboy. Kelompok negara Thailand mengawali pertunjukannya dengan menyapa dan berkomunikasi dengan penonton dengan bahasa Thailand, kemudian dilanjutkan presentasi mengenai somtam, tomyam dan thai tea. Setelah itu, menampilkan paduan suara lagu kebangsaan Thailand dan tarian Padike hulu.

Selanjutnya, mahasiswa kelompok negara Brazil, India, China, Spanyol, Korea, Belanda, Rusia, Turki, Arab, Afrika selatan dan Filipina menampilkan fashion show dan tarian khas daerah. Kelas B2 membuka pertunjukannya dengan menyanyikan lagu Yin Wei Ai Sou Yu Ai dan dilanjutkan dengan tarian Dunhuang. Begitupun juga kelas G1 yang membawakan Tari Flamenco dan Tari kreasi Despacito khas Spanyol.

Kelas C1 yang menampilakan kebudayaan Jepang dengan fashion show dan Tari Cherry Blossom. Kekompakan mereka sangat terlihat dari pakaiann yang mereka kenakan yaitu memakai Kimono.

Kelas H1 menunjukkan kebudayan Belanda dengan memakai pakaian khas negara tersebut sambil menari Netherland Folk Dance membuat penonton seolah-oleh sedang berada di sebuah pesta di Negeri kincir angin. Kelas B1 dengan dengan mengenakan kostum khas Korea, menyuguhkan lagu Chen & Punch “Everytime” dan tari Buchaechum.

Penonton antusias dalam menikmati acara, dengan sesekali membawa makanan khas luar negeri yang dibawa dari stand makanan di luar ruangan.

Keadaan tetap kondusif dan berjalan dengan lancar. Tak jarang juga yang mengabadikan moment di stand-stand makanan yang dihias semenarik mungkin untuk menghidupkan suasana seolah berada di negara aslinya. “Ini sangat menarik sekali, kreatif dan inovatif, semoga acara ini selalu diselenggarakan setiap tahunnya. Amazing!” Ungkap salah satu pengunjung.

Acara yang digelar di Aula gedung FAB ini mendapat sanjungan dari berbagai pihak. Mahasiswa PBI angkatan 2018 juga sangat senang dengan adanya acara ini, mereka dapat belajar tentang Cross Cultural Understanding secara langsung dengan speaker dari negara asalnya. Dengan acara ini juga, mereka belajar bekerjasama dalam tim untuk menampilkan karya terbaik mereka, serta menyuguhkan makanan yang kreatif dan inovatif dari masing-masing kelompoknya. (Gie/Humas Publikasi)