Musik dan Janin

Oleh: Triningsih
(Pustakawan Muda UIN RM Said Surakarta)

Dewasa ini, mulai dari anak-anak, remaja, orang tua, hingga lanjut usia akrab dengan yang namanya musik. Musik tidak mengenal kasta dan status sosial, baik miskin maupun kaya bisa menikmatinya. Bahkan, musik menjadi salah satu obat penenang dikala penat seharian bekerja. Dengan musik, tubuh akan merasakan rileks. Musik tidak bisa lepas dari kehidupan manusia.

Musik itu curahan isi hati manusia. Sila Widhyatama dalam buku Sejarah Musik dan Apresiasi Seni (2012:1) mengatakan bahwa musik adalah penghayatan isi hati manusia yang diungkapkan dalam bentuk bunyi yang teratur dengan melodi atau ritme serta mempunyai unsur atau keselarasan yang indah.

Istilah musik berasal dari bahasa Yunani yaitu musike. Musike berasal dari perkataan muse-muse, yaitu Sembilan dewa-dewa Yunani dibawah dewa Apollo yang melindungi seni dan ilmu pengetahuan. Dalam mitologi Yunani Kuno, muse mempunyai arti suatu keindahan yang terjadinya berasal dari kemurahan hati para dewa-dewa yang diwujudkan sebagai bakat. Muse yaitu gugusan dewi yang melambangkan seni. Mereka diasumsikan sebagai sumber pengetahuan dan inspirasi seni. Muse adalah anak dari Zeus dan Mnemosine.

Dalam Kandungan

Fase perkembangan anak tidak saja terjadi pada saat dilahirkan, melainkan juga saat masih dalam kandungan. Kepribadian janin tersebut dipengaruhi oleh makanan, emosi, musik yang didengar dan interaksi dengan orang lain. Sebagai orang tua harus mengontrol perkembangannya dengan memperhatikan aspek biomedis, kasih sayang, dan stimulasi.

Kecerdasan anak sebagai generasi bangsa yang tangguh merupakan dambaan bagi seorang ibu. Untuk mendapatkannya, diperlukan aspek yaitu stimulasi. Terlepas dari faktor keturunan yang dimilikinya. Salah satu organ yang berperan dalam hal kecerdasan yaitu otak. Maka pada usia kehamilan 8-14 minggu ibu hamil sangat dianjurkan menjaga kesehatan kehamilannya. Misalnya dengan makanan yang bergizi serta memberi stimulasi pada janin.

Stimulasi untuk pendengaran janin adalah bentuk yang paling mudah dilakukan karena secara otomatis sudah sering mendengar suara didalam tubuh ibunya, seperti suara detak jantung, cairan tubuh dan pencernaan. Suara ibu inilah yang paling mudah didengarkan oleh janin. Sedangkan stimulasi dari luar bisa dilakukan misalnya dengan mendengarkan musik.

Saat mendengarkan musik, otak memproses apa yang didengar, detak jantung cenderung mengikuti kecepatan musik. Ketika mendengar musik dengan tempo rendah, detak jantung akan melambat dan tubuh akan rileks. Hal tersebut akan memperlancar sirkulasi darah ibu dan jantung melalui plasenta. Denyut jantung janin mengikuti sinkronasi dengan denyut jantung ibu sebagai sumber musik pertama yang janin dengar dalam kandungan.

Berkaitan dengan indera pendengaran, telinga janin telah terbentuk dan sempurna saat memasuki usia kehamilan 24 minggu dan saat usia kehamilan 25 minggu, janin dalam kandungan sudah bisa mendengar suara dari luar, meskipun suaranya agak terpendam dan lebih banyak mendengarkan suara dengan frekuensi rendah.

Hukum Moral

Menurut Filsuf dari Yunani, Plato, musik adalah hukum moral. Ia memberi jiwa ke alam semesta, sayap untuk pikiran, terbang ke imajinasi, pesona dan keceriaan untuk hidup dan untuk semuanya. Sedang penyanyi, pecinta lagu, dan musisi Reggae, Bob Marley berujar bahwa satu hal yang baik tentang musik, ketika menyentuh Anda, tidak akan ada rasa sakit.

Begitu indah dan merdunya alam semesta ini jika kita bisa memainkannya lewat alunan musik. Bahkan, janin yang masih dalam kandungan pun ikut bahagia dengan adanya alunan musik. Maka, di Hari Musik Sedunia (World Music Day) 21 Juni lusa, marilah kita mengakrabkan diri kita dengan musik. Sudahkah Anda mendengarkan musik hari ini?

(Artikel Opini ini telah dimuat di Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta, Edisi Sabtu Legi 19 Juni 2021, halaman 11)