Pengantar Sosiolinguistik

Mencari Makna Tersembunyai Pada Hubungan Antara Bahasa dan Kehidupan Sosial

Bahasa mempunyai sifat heterogen dan bervariasi. Ke-heterogen-an dan ke-variasi-an tersebut di pengaruhi oleh faktor-faktor di luar bahasa yang bersifat sosial, sebagaimana yang dikatakan Saussure (1973) dalam bukunya “Course in General Linguistics” bahwa bahasa merupakan fenomena sosial. Dan disinilah Sosiolinguistik berperan untuk membuat model atau pola struktur hubungan antara bahasa dan faktor-faktor sosial (tatanan sosial), dan juga struktur sosial menentukan perilaku bahasa. Antara struktur sosial dan bahasa keduanya tidak bisa dipisahkan.

Hubungan faktor sosial dengan bahasa dapat dilihat sebagaimana keterikatan antara bahasa, masyarakat, dan budaya. Sebagai contohnya percakapan berikut ini:

A: Kamu jangan diam saja, cepat selesaikan pekerjaan ini!

B: nggih pak, saya segera selesaikan, secepatnya.

Percakapan di atas bisa di gambarkan sebagai gambaran hubungan bahasa dan budaya. Ini jelas sekali bahwa bahasa adalah bagian dari budaya dan sekaligus wadah serta citra dari budaya tersebut seperti dalam percakapan diatas. Dari percakapan itu bisa digambarkan bahwa A memiliki kedudukan sosial yang lebih tinggi, dilihat dari pemilihan kata dan kalimatnya yang cenderung untuk memerintah. Sedangkan B disini secara struktur sosial lebih rendah sehungga kalimatnya pun bernada patuh dan sopan. Sedangkan unsur budaya yang ada dalam percakapan ini adalah budaya Jawa. Dimana dalam budaya jawa unggah-ungguh dalam berbahasa sangat diperhatikan dan mempunyai porsi yang tinggi dalam interaksi sosial masyarakat. Penghormatan disitu bisa dilihat dari penggunaan sisipan kata nggih yang berarti iya/siap dalam bahasa Jawa Kromo. Dan itu merupakan penghormatan kepada orang yang statusnya lebih tinggi (dihormati).

Sosiolinguistik yang begitu menarik dengan pembahasannya mengenai segala hal yang berhubungan dengan bahasa dan sosial masyarakat ini oleh Dr. Giyoto, M.Hum, penulis buku ini begitu bagus disajikan secara umum. Sebagaimana disini dijelaskan mengenai bahasa yang digunakan oleh kelompok tertentu. Sangat wajar dan maklum bahwa suatu komunitas katakanlah seperti Waria (trans-gender) mereka memiliki bahasa dan istilah yang unik dan tersendiri, tentu saja bahasa tersebut hanya dipahami oleh anggotanya saja.

Ada juga perbedaan bahasa yang digunakan oleh masyarakat karena perbedaan usianya, jelas sekali bahwa anak muda sekarang lebih banyak menggunakan bahasa gaul (non standard) dalam berkomunikasi, yang tentu saja berbeda dengan kelompok masyarakat yang berumur tua. Dibahas juga bagaimana perbedaan bahasa yang digunakan oleh masyarakat karena perbedaan jenis kelamin.

Selanjutnya buku ini juga mengupas bagaimana dwi bahasa yang terjadi dalam masyarakat. Apa sajakah unsur-unsur yang terkait dengan proses terjadinya. Fenomena dwi bahasa sejatinya adalah suatu hal yang lumrah dan banyak terjadi di seluruh masyarakat dunia. Dimana dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara ada pengklasifikasian antara bahasa lokal dan bahasa nasional. Tentu saja masyarakat di Negara itu pasti bisa minimal dua kategori bahasa tersebut.

Penjelasan yang bagus dan juga isi yang lengkap, menjadi keunggulan buku ini. Jadi sangat tepat jika para mahasiswa atau pembaca umum yang ingin mendalami sosiolinguistik memiliki buku ini.   Karena bisa dijadikan bahan referensi dan rujukan untuk memahami sosiolinguistik secara umum. (Muntaha)