Pentingnya Pola Asuh Orang Tua Terhadap Anak

Oleh: Farichah Nurus Syifa’ – Mahasantri Ma’had al-Jamiah IAIN Surakarta

#banggaiainsurakarta

Usia dini merupakan masa dimana seorang anak senang bermain untuk menumbuhkan daya kreativitasnya. Namun akhir-akhir ini seorang anak cenderung lebih mengenal gadget dari pada bermain dengan kawan sebayanya. Hal ini disebabkan oleh pola asuh orang tua yang telah mengenalkan gadget terhadap anak yang masih berusia dini, tanpa membatasi penggunaannya.

Dalam mendidik anak sebaiknya orang tua memberikan arahan dengan memberi contoh, seperti orang tua  tidak bermain gadget dihadapan anak. Karena anak usia dini cenderung meniru orang yang ada di lingkungan seekitarnya. Orang tua juga harus konsisten terhadap aturan yang sudah diberikan.

Seorang anak ibarat cerminan dari orang tuanya. Anak yang diasuh dengan pola asuh yang baik maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang baik. Sebaliknya, anak yang diasuh dengan pola asuh yang buruk akan tumbuh menjadi anak dengan pribadi yang buruk. Seorang anak yang ada dalam didikan orang tua yang broken home cenderung mempengaruhi pribadi anak tersebut. Anak yang dibiasakan disiplin sejak dini akan memiliki sifat disiplin sampai tumbuh dewasa kelak.

Pola pengasuhan anak bermacam-macam, ada pola asuh orang tua yang menggunakan otoriter, adapula pola asuh yang demokrasi. Selain itu ada juga pola asuh yang permisif. Pola asuh otoriter cenderung menerapkan standar yang mutlak yang harus dipenuhi, biasanya diiringi dengan ancaman-ancaman. Sedangkan pola asuh demokrasi lebih memprioritaskan kepentingan anak, namun juga tidak ragu dalam mengontrol anak. Sedangkan pola asuh permisif ini memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup dari orang tua.

Adanya berbagai macam pola asuh sebagai orang tua harus dapat menerapkan pola asuh yang tepat pada anaknya. Misalnya menggunakan pola asuh demokrasi yang dapat menumbuhkan kreativitas anak namun tetap dalam pengawasan orang tua. Pola asuh yang demokrasi lebih baik diterapkan kepada anak dibandingkan dengan pola asuh otoriter dan permisif. Pola asuh otoriter memberikan kesan egois orang tua terhadap anaknya, akibatnya anak memiliki sikap penakut. Sedangkan, pola asuh yang permisif akan berakibat tumbuhnya sikap anak yang egois tidak mengindahkan aturan.

Al-Qur’an telah menjelaskan bagaimana mengasuh anak dalam Q.S At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.    

Ayat diatas menerangkan bahwa posisi keluarga mempunyai tanggung jawab yang besar bagi perkembangan anak sehingga anak selamat dari api neraka. Maka dasar utama yang diletakkan oleh keluarga adalah dasar-dasar tingkah laku dan budi pekerti pada anak-anaknya. dalam kenyataannya yang sering kita temui orang tua yang gagal atau berhasil dalm membina, mengarahkan serta mendidik sebagai anak-anaknya sebagai anak sebagai anak yang baik dan berakhlak shaleh. Pola pengasuhan orang tua yang baik akan berdampak pada sikap anak saat dewasa.

Dalam mendidik anak hendaknya orang tua mengerti apa yang dibutuhkan oleh anaknya. jangan jadikan anak-anak korban kesibukan orang tua. Didiklah anak sebaik-baiknya agar tidak menyesal nantinya, karena anak adalah aset dan investasi masa depan yang sangat berharga.