Prodi Sejarah Peradaban Islam Kembangkan Kajian Islam Nusantara

SINAR- KAMIS, (13/2) bertempat di aula lantai 4 Fakultas Adab dan Bahasa,IAIN Surakarta, Program Studi Sejarah Peradaban Islam mengadakan seminar tentang kajian Islam Nusantara. Acara ini menghadirkan beberapa tokoh yang memang konsern dalam kajian islam Nusantara. Kegiatan yang bertajuk Seri Kuliah Sejarah #3 ini mengambil judul “Sejarah dan Masa Depan Peradaban Islam di Nusantara”.   Para pembicara diantaranya adalah, Dawam Multazamy dari Insuri Ponorogo, Lukmanul Khakim dari IAIN Slatiga dan Moh. Ashif Fuadi dosen SPI IAIN Surakarta. Dalam paparannya, Wakil Dekan II Fakultas Adab dan Bahasa, Dr. Moh. Fajar Shodiq, M.Ag, mengatakan bahwa perlunya prodi SPI dan mahasiswa kini mengenal sejarahnya, bukan hanya berkiblat pada egosentrisme yang ditawarkan barat ataupun aliran yang justru tidak menyepakati islam nusantara.

Dalam Paparanya, Dawam Multazam menukilkan bahwa sejarah islam di Indonesia selama ini masih sangat sedikit dikaji, bahkan dalam sejarah nasional Indonesia cenderung diabaikan. Hal ini perlu direnungkan karena islam nusantara merupakan konsep bagus terlebih islamisasi di Indonesia mempunyai karakteristik sendiri dan berjalan damai, sehingga kita sebagai pemeluk mayoritas islam di dunia. Jangan hanya bicara proses islamisasi yang hanya bersumber dari Arab saja, akan tetapi kajian islamisasi juga ada dan menarik di Indonesia ini.

Lebih lanjut dikatakan oleh Lukmanul Khakim, bahwa ritualitas dan kegiatan yang bersifat islam sangat kurang diteliti. Karenanya perlu dituliskan supaya masyarakat tahu bahwa dari pesantren proses islam bisa hadir dan abadi. Islam Nusantara adalah bukan mazhab, bukan aliran, tapi tipologi, mumayyizat, khasais, Islam yang santun, berbudaya, ramah, toleran, berakhlak, dan berperadaban. pesantren dalam perspektif Islam Nusantara memberikan kontribusi yang sangat besar didalam membentuk karakter dan budaya Islam di Nusantara serta dalam proses penyebaran sanad keilmuan di Nusantara.

Di sisi lain khasanah pesantren dan islam nusantara bukan lagi wacana yang patut di sembunyikan. Kita perlu memerkenalkan kajian pesantren, pola pendidikan pesantren sebagi khasanah yang harus dikenal masyarakat dunia. Menurutnya, paham Islam Nusantara adalah paham yang mengakomodasi kearifan lokal (local wisdom) atau praktik tradisi masyarakat Indonesia yang tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam sesuai dengan tuntunan Al Quran dan hadis shahih.

Dikatakan Ashif Fuadi, bahwa kemunculan Perang Diponegoro yang heroik, jangan hanya dipandang dari kacamata barat, akan tetapi khasasnah bahwa diponegoro sebagai ritualitas islam Jawa juga pentng dikaji, sehingga bagaimana diponegoro bisa sampai melawan kolonial dengan spirit islam, budaya, jawa yang mau tidak mau kita banyak memercayainya. Diakhir acara, kedepan Mahasiswa SPI harus paham terhadap konsep Islam Nusantara. Selain itu Prodi SPI harus bersinergi dengan stakeholder yang konsen terhadap Islam Nusantara. (Zat/Humas dan Publikasi)

Kontribusi: Latif Kusairi SPI