Prodi TBI Bekali Keahlian Mahasiswa dengan Literasi Berbasis Wisata Sastra Religi

SINAR- Tingkatkan keahlian mahasiswa dalam bersastra, Prodi Tadris Bahasa Indonesia , Fakultas Adab dan Bahasa menggelar praktik keahlian 2 di Aula FAB Lantai IV, Selasa (07/09). Dengan mengusung tema “Folklor: Wisata Sastra Religi” acara ini diikuti sebanyak 120 mahasiswa yang terbagi secara luring dan daring. Prof. Dr. Toto Suharto, M.Ag. selaku Dekan FAB menuturkan bahwa selain ijazah, mahasiswa juga harus memiliki sertifikat kompetensi. Namun untuk saat ini FAB belum dapat mengeluarkan sertifikat kompetensi tersebut, sehingga sertifikat praktik keahlian yang telah dilaksanakan dapat digunakan sebagai pendamping ijazah.

Kaprodi TBI, Dr. Siti Isnaniah, M.Pd. juga memberikan pandangan yang sama pada mahasiswa mengenai tujuan dilaksanakannya praktik keahlian ini. Harapannya melalui praktik keahlian ini akan melahirkan beragam karya berupa artikel ilmiah, puisi, novel, maupun cerpen yang dapat ditinjau dari berbagai pendekatan sastra mutakhir. Pada kesempatan ini, Prodi TBI mengundang pakar sastra dari Universitas Negeri Yogyakarta sekaligus  Ketua Umum HISKI Pusat, Prof. Dr. Suwardi Endraswara, M.Hum. Beliau diundang untuk memberikan pengetahuan dan pelatihan mengenai wisata sastra religi kepada mahasiswa TBI.

Dalam pemaparannya, Prof. Suwardi menjelaskan bahwa sastra tidak dapat dilepaskan dari aspek historisnya. Oleh karena itu, pembahasan wisata sastra religi harus dimulai dari konsep wisata ziarah sastra terlebih dulu. Wisata ziarah sastra adalah sebuah perspektif kajian wisata yang berkaitan dengan religi dan sastra. Dengan bekal perspektif tersebut, pengkaji wisata ziarah sastra dapat masuk ke objek-objek wisata makam dan petilasan para leluhur.

Beberapa objek yang masuk dalam kategori ziarah sastra, seperti (1) makam seniman di Imogiri Yogyakarta, yang memuat makam para raja mataram, (2) pendapa Karangkusuma Parangtritis Yogyakarta sebuah tempat pertemuan mistis Kanjeng Ratu Kidul dengan Panembahan Senapati (3) Makam Any Asmara seorang pengarang di Palur Surakarta, (4) makam  Sapardi Djoko Damono di TPU Giritama, Tonjong, Kabupaten Bogor, (5) makam WS Rendra  di Bengkel Teater Seni WS Rendra, Cipayung, Citayam, Depok.

Diungkapkan pula bahwa alasan sebagian orang melakukan wisata ziarah sastra adalah (1) untuk membahas motivasi dan pengalaman mengunjungi makam seorang penulis terkenal, akan mengkat nama yang bersangkutan, sebagai wujud penghargaan kultural, (2) untuk menghargai nama sastrawan terkenal agar bisa meniru, sebagai epigon yang positif, (3) untuk melakukan asosiasi sastra bahwa dirinya bisa sejajar dengan pengarang yang telah tiada, (4) untuk menghormati penulis terkenal yang tinggal di sana dan di mana turis tertarik ke kafe, yang merupakan tempat pertemuan bagi penulis dan seniman, sebagai eksplorasi imajinatif. Kegiatan diakhiri dengan diskusi interaktif antara peserta yang hadir secara luring dan daring. (Nughy/ Humas Publikasi)

Sumber: Tiya Agustina