Pustakawan Menulis, Untuk Apa?

Oleh : Farida Nur Hidayah
(Pustakawan IAIN Surakarta)

#banggaIAINSurakarta
#suksesAPT-A

 

Menulis adalah sebuah kata yang mudah diucapkan, akan tetapi sangat-sangat sulit dalam mengaplikasikannya oleh sebagian orang. Banyak hal yang harus dipersiapkan ketika seseorang memulai menulis. Persiapan mulai dari penentuan tema atau ide pokok, referensi bahan bacaan, disiplin dan konsistensi diri untuk berlatih dan sebagainya. Lain halnya menurut Lasa HS bahwa menulis itu dapat dipelajari asal ada kemauan, keberanian dan tekun berlatih. Dengan kemauan dan keberanian ini, seseorang akan maju beberapa langkah dari yang lain.

Menulis sebenarnya merupakan seni mengekspresikan idea atau perasaan melalui tulisan (Lasa HS, 2006 : 38-40). Menurut Dalman (2014:4), bahwa menulis adalah proses penyampaian pikiran, angan-angan, perasaan dalam bentuk lambang/ tanda/ tulisan yang bermakna. Dalam kegiatan menulis terdapat suatu kegiatan merangkai, menyusun, melukiskan suatu lambang/ tanda/ tulisan berupa kumpulan huruf yang membentuk kata, kumpulan kata membentuk kelompok kata atau kalimat, kumpulan kalimat membentuk paragraph, dan kumpulan paragraph membentuk wacana/ karangan yang utuh dan bermakna. Jadi dapat dikatakan bahwa menulis merupakan kemampuan seseorang dalam mengemukakan gagasan-pikirannya kepada orang atau pihak lain dengan media tulisan.

Banyak sekali manfaat yang didapat ketika seseorang mau menulis. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Triningsih (2018) bahwa ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari kegiatan menulis, antara lain : secara psikologis, menulis erat kaitannya dengan jiwa seseorang karena dengan menulis akan dapat berimajinasi dan berekspresi. Secara sosiologis, berkaitan dengan pencarian ide yang didapat dari melihat fenomena yang terjadi di masyarakat. Secara ekonomis, menulis berhubungan dengan keuangan atau honor yang akan diperoleh, dan dampak keilmuwan, menulis bukan sekedar menuangkan ide dan gagasan akan tetapi juga mengasah sejauhmana keilmuan yang kita miliki.

Dalam dunia perpustakaan, seorang pustakawan dituntut untuk mengembangkan diri melalui beberapa tugas pokok dan fungsi. Berdasarkan peraturan kepala perpustakaan nasional Republik Indonesia nomor 11 tahun 2015 tentang petunjuk teknis jabatan fungsional pustakawan dan angka kreditnya dalam rincian kegiatan jabatan fungsional pustakawan ketrampilan pada butir 5 mengenai pengembangan profesi, disebutkan bahwa salah satu unsur utama yang dinilai angka kreditnya adalah pembuatan karya tulis/karya ilmiah di bidang kepustakawanan (2016:44).

Dengan demikian apakah menulis menjadi kebutuhan atau hanya karena tuntutan dari sebuah profesi? Ini adalah pertanyaan bagi banyak orang terutama yang berprofesi sebagai pustakawan dan jawabannya hanya diri kita yang tahu, apakah menulis sudah menjadi kebutuhan kita atau hanya sekedar tuntutan dari profesi untuk mendapatkan poin angka kredit semata. Padahal jika pustakawan serius dalam menulis akan memperoleh banyak manfaat dan keuntungan selain dari poin angka kredit tadi, seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya.

Pdt. Purin Marbun mengatakan keterampilan dan pengembangan diri yang maksimal bahkan berani berubah dari pustakawan yang tadinya hanya “biasa-biasa saja” namun kini menjadi pustakawan yang “luar biasa” karena berani berubah dan berani menentukan investasi yang tidak saja berupa benda-benda yang kasat mata namun bisa berupa waktu, tenaga, kemampuan dan ketrampilan yang dapat membawa pertumbuhan dan perkembangan bagi kehidupan kita.

Meskipun terkadang sesuatu itu dari tuntutan atau paksaan jika dilakukan dengan serius dan istiqomah akan memperoleh hasil yang baik, seperti yang termaktub dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 216 mengisyaratkan bahwa boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu amat baik bagi kamu.

Ada juga ungkapan “tersesat di jalan yang benar” maksudnya yang awalnya sangat-sangat tidak senang atau terpaksa kalau dijalani dan dilakukan dengan baik akan mendapatkan hasilnya. Jadi tinggal hati anda memilih yang mana.

Artikel ini telah dimuat di Surat Kabar Harian Wawasan Semarang, Edisi Jumat 2 November 2018