Sambutan Rektor IAIN Surakarta Wisuda Ke-37 IAIN Surakarta


Oleh: Dr. H. Mudofir, M.Pd
(Rektor IAIN Surakarta)

 

Yth. Ketua Senat, Sekretaris Senat, beserta anggota
Yth. Bupati Sukoharjo atau yang mewakili
Yth. Dan Grup II Kopassus Kartasura
Yth. Dan Lanud Adisucipto
Yth. Para Pimpinan Lembaga Mitra
Yth. Para Pejabat Kementerian Agama Solo Raya
Yth. MUSPIKA Kartasura
Yth. Para Wali Wisudawan dan Wisudawati
Yang saya banggakan Wisudawan dan Wisudawati

Assalamu’alaikum wr. Wb.
Syukur alhamdulillah, saya panjatkan ke hadirat Allah swt yang atas perkenan-Nya kita semua bisa hadir dalam acara Wisuda Sarjana dan Magister ke-37 dengan keadaan sehat wal afiat.
Tema wisuda kali ini adalah “Peran PTKIN Dalam Menyongsong Era Revolusi Industri 4.0”. Tema ini diangkat untuk mengingatkan kita semua tentang peluang dan tantangan di era revolusi industri 4.0 tersebut. PTKIN, khususnya IAIN Surakarta, perlu menyiapkan respons yang tepat atas hadirnya era ini sehingga arah kebijakannya tidak mengalami disorientasi dan ketinggalan tren di masa depan. Sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam, memerhatikan, mempelajari, dan merespons perubahan tren—termasuk hadirnya revolusi industri generasi keempat atau 4.0—adalah sebuah keniscayaan yang total.
Menurut Klaus Schwab dalam bukunya The Fourth Industrial Revolution, revolusi industri 4.0 ditandai oleh munculnya superkomputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi, editing genetik, dan perkembangan neuroteknologi yang memungkinkan manusia untuk lebih mengoptimalkan fungsi otak. Semua itu dioperasikan dengan internet sebagai penopang utama. Inilah yang disebut internet of things yang mengintegrasikan kerja-kerja produksi secara online, berbasis big data, bersifat otomasi, dan memanfaatkan cyber-physical system. Dengan karakteristik semacam ini, akan terjadi lompatan perubahan di berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan dan bidang keagamaan sebagaimana secara bertahap telah kita rasakan dan alami.
Ketika mesin uap ditemukan, sebagai ciri revolusi industri 1.0, tenaga manusia dan hewan telah tergantikan dan sejak saat itu pendapatan negara serta masyarakat meningkat berlipat-lipat. Pada revolusi industri 2.0 yang ditandai pemanfaatan tenaga listrik, dapat meningkatkan lagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Revolusi indutri 3.0 yang ditandai penggunaan internet juga makin melipatgandakan hasil-hasil produksi dan perubahan besar masyarakat. Nah, revolusi industri 4.0 diduga akan mempercepat lagi perubahan-perubahan besar industri dengan seluruh dampak ikutannya.
Dampak positif revolusi 4.0 adalah meningkatkan produktivitas, efisiensi, fleksibilitas, dan tingkat kustomisasi produk yang tinggi bagi dunia industri. Tapi dampak negatifnya menurut Schwab (2015) adalah 1) adanya kesenjangan yang luar biasa terkait tenaga kerja “low-skill/low-pay” dan “high-skill/high-pay”, 2) pengambil keuntungan trebesar hanyalah pihak yang memiliki modal dan teknologi, 3) ketidakstabilan dunia bisnis karena perubahan yang sangat cepat, 4) ketidaksiapan pemerintah dalam mengimbangi perubahan yang cepat di masyarakat, 5) isu keamanan dan privasi data, 6) munculnya fenomena “robotisasi” kemanusiaan. Kita bisa memperluas dampak-dampak itu dalam dunia pendidikan, kebudayaan, sosial, agama, kebangsaan, dan lain-lain.
Sebagian dari dampak positif dan negatif revolusi industri 4.0 sebagaimana disebut di atas, telah kita rasakan dan saksikan. Di antaranya adalah makin meningkatnya kesadaran untuk mengurangi penggunaan kertas digantikan ke digital (paperless); pasar digital; transaksi digital; dokter digital; go-jek; santri digital; umat digital; Kitab Suci digital; dan lain sebagainya. Sadar atau tidak sadar telah muncul di hadapan kita sejumlah problem yang penyelesaiannya memerlukan kecepatan, kerjasama, dan terus-menerus diperbarui. Apalagi fenomena munculnya revolusi industri 4.0, pada saat sama belum dengan cepat diimbangi oleh tingkat literasi umat pada penggunaan media sosial sehingga dapat mendorong perpecahan, disharmoni, dan perpecahan bangsa.
Dalam konteks IAIN Surakarta, hadirnya revolusi industri 4.0 perlu direspons secara kelembagaan melalui rekonstruksi sistem pembelajaran yang inovatif, kurikulum yang mengintegrasikan islamic studies dengan sistem kerja digital, misalnya, dengan information technology (IT), operational technology (OT), internet of things (IoT), dan big data analitic. Respons itu juga melalui rekonstruksi kebijakan kelembagaan pendidikan tinggi yang adaptif dan responsif terhadap revolusi industri 4.0 dalam mengembangkan transdisiplin ilmu dan program studi yang dibutuhkan. Selain itu, PTKIN khususnya IAIN Surakarta perlu melakukan persiapan sumber daya manusia di masa depan seperti dosen, peneliti, dan perekayasa yang responsif, adaptif, dan andal untuk menghadapi era revolusi industri 4.0. termasuk juga peremajaan sarana-prasarana dan pembangunan infrastruktur pendidikan dan riset yang responsif atas tuntutan era ini.
Secara paradigmatik, islamic studies di PTKIN akan mengalami goncangan-goncangan terkait dengan hadirnya revolusi industri 4.0 yang serba robotik dan sensorik. Namun begitu, perannya akan tetap dibutuhkan. Perannya yang terpenting adalah pada pemberian nilai pada tiap level operasi-operasi revolusi industri 4.0. Tanpa sebuah nilai (nilai-nilai moral, agama, spiritual, kearifan, keadaban, norma-norma kemanusiaan), revolusi industri bukan justru meningkatkan kesejahteraan dan kebahagian umat manusia dan alam, tetapi malah menghancurkan kehidupan manusia melalui persaingan, peperangan, penggunaan senjata kimia, bom atom, dan ancaman-ancaman lain. Tanpa kendali moral dan agama, ilmu pengetahuan hanya akan menjadi pengendalian yang kuat atas yang lemah, mempercepat kiamat melalui perang nuklir, mempercepat terjadinya krisis lingkungan, dan habisnya sumber daya alam untuk memenuhi hasrat keserakahan umat manusia.
Dengan demikian, revolusi industri 4.0 bukan saja dihadapi dengan ilmu pengetahuan, tetapi juga dengan iman. Iman akan mendorong tindakan arif atas sumber daya alam dan menhormati sesama umat manusia untuk saling bekerjasama mengatasi masalah ledakan penduduk, krisis energi, krisis air, pemanasan global, perubahan iklim, dan krisis-krisis lain sebagai dampak dari bekerjanya revolusi industri 4.0. Revolusi industri selalui diikuti oleh revolusi konsumsi. Ini akan berakibat pada makin cepatnya pengurangan daya dukung alam untuk kehidupan berkelanjutan.
Relevansi islamic studies dengan era revolusi industri 4.0 masih tetap terjaga dengan syarat-syarat sebagaimana disebutkan di atas. IAIN Surakarta insyaallah akan selalu siap memperbarui dirinya untuk menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Dengan demikian para lulusannya dapat menghadapi tantangan dan peluang revolusi industri 4.0 dengan penuh kesiapan dan kearifan. Karena itu, ilmu pengetahuan dan ilmu agama yang diajarkan di IAIN dapat menjadi bekal berharga untuk persiapan di era yang penuh digital ini.
Akhirnya, saya mengucapkan selamat dan sukses kepada para wisudawan dan wisudawati beserta para orang tua yang hadir di majlis ini atas kelulusan pada wiusada ke 36 tahun ini. Semoga Allah swt memberi bimbingan dan keberkahan dalam perjalanan saudara-saudara di kehidupan berikutnya. Amin ya rabbal ‘alamin.
Wassalamu’alaikum wr. Wb

Rektor,

Dr. H. Mudofir Abdullah, S.Ag., M.Pd.