SAMBUTAN REKTOR WISUDA SARJANA, MAGISTER, DAN DOKTOR KE-49 UIN RADEN MAS SAID SURAKARTA TAHUN 2022

Oleh: Prof. Dr. H. Mudofir, S.Ag., M.Pd
(Rektor UIN RM Said Surakarta)

Yth. Ketua Senat beserta Anggota

Yang Berbahagia Wisudawan/Wisudawati

Assalamu’alaikum wr. wb.

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan taufik-Nya, sehingga hari ini kita semua dapat menghadiri Wisuda ke-49 UIN Raden Mas Said Surakarta dalam keadaan sehat wal– ‘afiat. Amin ya rabbal ‘alamin.

Tema wisuda kali ini adalah “Peran PTKIN dalam Menghadapi Perubahan Iklim”. Pilihan tema ini bertujuan untuk mendorong kita menyadari, mengenali, dan melaksanakan agenda-agenda mitigasi krisis lingkungan akibat perubahan iklim pada level yang bisa kita lakukan sesuai fungsi kita sebagai kelompok masyarakat strategis di perguruan tinggi Islam. Secara sepintas, pilihan tema ini terasa tidak urgen karena kita sebenarnya dihadapkan pada situasi krisis, yakni: pandemi Covid-19 hampir dua tahun lebih yang telah merenggut korban nyawa, harta, dan air mata. Namun, sebenarnya, munculnya krisis pandemi mikroba tidak terlepas dari salah satu ekses perubahan iklim. Itulah sebabnya, literasi tentang perubahan iklim berikut ekses-eksesnya perlu menjadi kesadaran ilmiah dan relijiusitas kita sebagai manusia modern yang terus tumbuh dengan problem-problem yang kian kompleks serta saling ketergantungan.

Ada tiga ancaman utama umat manusia di masa kini dan masa depan, yakni: mikroba, perang nuklir, dan perubahan iklim. Tiga ancaman ini sebagian telah terjadi dan kita rasakan, namun dalam batas-batas tertentu, telah dapat dilalui meskipun dengan korban-korban yang terus berjatuhan. Diakui, di setiap umat manusia melewati masa-masa krisis, selalu ada hikmah yang menyertai, yakni: munculnya kerjasama antar umat manusia secara lebih baik lagi; ditemukannya sains dan teknologi serta inovasi-inovasi sebagai respons penanganan krisis; meningkatnya spiritualitas umat manusia sehingga bersikap lebih arif dan rendah hati dalam memperlukan makhluk hidup serta lingkungannya; dan tumbuhnya kesadaran akan keterikatan manusia dengan tempat tinggalnya di bumi yang merupakan satu-satunya warisan untuk kehidupan. Sekalipun begitu, hikmah-hikmah akibat krisis oleh perubahan iklim tak akan muncul lagi jika telah mencapai tahap yang tidak bisa balik lagi, misalnya, karena suhu bumi yang terus meningkat sehingga berdampak pada hilangnya kelayakan bumi sebagi tempat tinggal bersama. Argumen-argumen ini telah banyak dijelaskan oleh berbagai penelitian dan semestinya PTKIN, termasuk UIN Raden Mas Said Surakarta ikut serta dalam berkontribusi melalui kegiatan-kegiatan ilmiah yang memiliki relevansi dengan isu-isu perubahan iklim.

Bagi masyarakat tertentu yang sudah sangat maju, dampak-dampak perubahan iklim telah diantisipasi melalui pendidikan, inovasi-inovasi teknologi, investasi-investasi riset, dan lompatan-lompatan alternatif mencari dunia baru di luar planet bumi. Langkah-langkah masyarakat maju tersebut memang terlalu mewah dan tidak terpikirkan oleh masyarakat kita yang lebih sibuk bertikai soal-soal agama. Maka tak heran, jika terjadi perubahan iklim ekstrem hanya negara-negara maju yang dapat beradaptasi dan mampu menyelamatkan diri. Fakta-fakta ini, secara perlahan harus menjadi kesadaran kita bersama untuk memulai agenda-agenda Pendidikan yang responsif terhadap krisis lingkungan dan perubahan iklim.

Bagaimana peran PTKIN dimainkan dalam ikut serta memitigasi krisis lingkungan akibat perubahan iklim? Menurut saya, ada sekurang-kurangnya tiga tindakan yang bisa dilakukan. Pertama, memasukkan isu-isu krisis lingkungan dan perubahan iklim dalam kurikulum Pendidikan kita dalam balutan teologis. Kedua, mendorong tema-tema riset mahasiswa baik S1, S2, dan S3 (termasuk para dosen) dengan pendekatan perspektif lingkungan dan perubahan iklim. Apapun judul risetnya selalu didekati dengan perspektif lingkungan dan perubahan iklim, dan ketiga, terus-menerus memupuk pandangan dunia komunitas kampus yang responsif terhadap lingkungan dan perubahan iklim sehingga diharapkan menjadi agen-agen efektif bagi gerakan mitigasi lingkungan hidup.

Itulah tiga peran PTKIN untuk terlibat dalam menghadapi isu-isu krisis lingkungan dan perubahan iklim. Sebagai masyarakat strategis, kampus punya tanggung jawab yang lebih berkelas yang keluar dari cangkang kebiasaan, seperti keberpihakan pada masalah-masalah krisis lingkungan hidup. Selama ini, masalah-masalah lingkungan hidup hanya menjadi kesadaran kecil sebagian dari kita. Kita sering menganggap bahwa bencana-bencana tak punya kaitan dengan sikap dan tindakan umat manusia yang tidak ekologis dan hanya menganggapnya sebagai hukuman Tuhan akibat dosa-dosa manusia. Tak heran jika kemudian penyelesaiannya bersifat teologis, misalnya, dengan rukyah dan doa-doa.

Sambutan kami ini, hanyalah letupan-letupan kecil tentang seruan mencintai lingkungan hidup sebaik-baiknya dan mendorong kita semua untuk menjadikan ketokohan kita (jika ada) untuk memengaruhi, menyebarkan, menuliskan, dan melaksanakan agenda-agenda mitigasi lingkungan hidup sebesar yang bisa kita lakukan.

Di kesempatan yang baik ini, kami mengajak para wisudawan-wisudawati menjadi bagian dari proyek visioner global menyelamatkan warisan bumi yang satu-satunya ini melalui peran kita masing-masing. Seruan yang terkesan bombastis ini, kelak akan menjadi fakta yang memaksa kita semua saling bahu-membahu menghadapinya dengan penuh air mata dan kerendahan hati.

Akhirnya, atas nama pimpinan kami mengucapkan selamat kepada para wisudawan/wati atas telah selesainya perjalanan kuliah Saudara-Saudara di kampus tercinta ini. Semoga Saudara-Saudara segera mendapatkan pekerjaan, jodoh, dan masa depan yang lebih baik.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Sukoharjo, 12 Maret 2022

Rektor,

Prof. Dr. H. Mudofir Abdullah, S.Ag., M.Pd.