Seminar Internasional : Understanding Multicultural Education in Contemporary Indonesia: Potentials and Challenges

SINAR- “Kekerasan terhadap minoritas yang terkait dengan isu keagamaan tidak bisa semata-mata dipahami sebagai manifestasi dari intoleransi keagamaan, tetapi merupakan imbas dari perubahan sosial-ekonomi yang menciptakan ruang dan tata ruang yang merefleksikan perebutan atas akses terhadap sumber daya sosial-ekonomi,” ucap Muhammad Iqbal Ahnaf.

Muhammad Iqbal Ahnaf dan Chris Foertsch sengaja didatangkan dalam seminar yang digelar oleh bagian Akademik IAIN Surakarta. Di Hotel Syariah Solo, Senin (23/10), IAIN Surakarta berupaya mendalami permasalahan menyoal perbedaan kultur yang mengakibatkan kerap terjadinya kekerasan yang menimbulkan bnayak korban nyawa.

Menyoal hal tersebut, Indonesia sebagai negara multikultur dan multi-etnis akan menjadi sangat rawan jika disulut api perbedaan. Untuk menjawab hal itu maka Muhammad Iqbal Ahnaf dan Chris Foertsch didatangkan sebagai narasumber untuk mengkaji Potentials and Challenges Indonesia dalam menghadapi masalah perbedaan kultur.

Seminar Internasional: Understanding Multicultural Education in Contemporary Indonesia adalah upaya IAIN Surakarta untuk mencegah terjadinya perselisihan akibat perbedaan kultur. Di mana IAIN Surakarta adalah tempat berkumpulnya mahasiswa dari seluruh wilayah Indonesia bahkan dari luar negeri, mengingat IAIN Surakarta adalah Perguruan Tinggi Islam Negeri satu-satunya yang ada di wilayah Solo Raya.

Muhammad Iqbal Ahnaf,  berbicara tentang Populism and the Challenges to Multicultural Education”. Sedangkan Chris Foertsch, “Multiculturalism and Movement in Nusantara and America: Indonesian Educational Migration in Context”.

Dari kedua tema yang disampaikan diharapkan menjadi pengetahuan dari sharing hasil studi untuk dijadikan sebagai bahan untuk mencegah terjadinya kasus kekerasan akibat perbedaan kultur. Indonesia, Bhineka Tunggal Ika (Berbeda-beda tetap satu jua-INDONESIA). (Gie/Humas Publikasi) #BanggaIAINSurakarta