Standar Kompetensi Ibadah Lulusan IAIN Surakarta Menjadi Keniscayaan PTKIN

SINAR- Selain proses pendidikan, penilaian atas lembaga pendidikan juga didasarkan dari kurikulum yang diajarkan dan hasil output lulusan yang dikeluarkan. IAIN Surakarta sebagai satu-satunya Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di daerah eks-Karisidenan Surakarta juga menjadi sorotan terkait output yang dihasilkan. Hal ini menjadikan IAIN Surakarta terus membenahi standar kompetensi lulusan terkait baca dan tulis Al Qur’an dan Praktek Ibadah.

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Al Qur’an dan Ibadah terus menerus digodog, tentunya peningkatan kompetensi instrukturnya pun perlu ditingkatkan. Dr. H. Abdul Matin Bin Salman, Lc., M.Ag menegaskan bahwa 70% mahasiswa yang masuk ke PTKIN belum memenuhi ibadah dan Al Qur’an. Namun menjadi kewajiban kita untuk membenahinya sehingga memenuhi standar kompetensi yang diinginkan. Dr. Abdul Matin juga mengingatkan dengan dicapainya standar kompentensi lulusan terkait Al Qur’an dan Ibadah maka akan membuat PTKIN mempunyai ciri khas dan ekselensi dari perguruan tinggi lainnya.

Mendatangkan Dr. Mukhlisin, M.Ag (Wakil Rektor 1 IAIN Pekalongan) dan Dr. H. Agus Waluyo, M.Ag (Wakil Rektor IAIN Salatiga) sebagai narasumber Workshop Peningkatan Kompetensi Instruktur Standar Kompetensi Lulusan Ibadah ke IAIN Surakarta diharapkan dapat saling bertukar pikiran sesama PTKIN untuk kepentingan ummat.

Dr. H. Agus Waluyo, M.Ag mengatakan bahwa input calon mahasiswa sangat bervariasi, maka secara realitas dan idealitas akan sangat jauh perbedaaanya.” Untuk itu jika ingin mengajarkan membaca, maka ajaklah membaca, jika ingin belajar beribadah maka praktekkanlah untuk beribadah di setiap harinya”, ucapnya. Baginya membaca Al Qur’an dan praktek ibadah perlu diajarkan, dan perlu dipraktekkan sehingga bisa mengembangkan tradisi kampus.

Sedangkan Dr. Mukhlisin, M.Ag sebagai narasumber kedua lebih menekankan pada sikap sebagai seorang pendidik. Instruktur  dan dosen adalah pendidik. Sebagai bagian dari pendidik maka instruktur hendaknya juga dapat menjalankan tugasnya seperti yang diamanahkan dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi. Di akhir acara dengan besar harapan untuk mencetak lulusan yang berkompetensi Al Qur’an dan Ibadah maka seorang instruktur juga diharapkan dapat memiliki kelapangan hati, memiliki cakrawala yang luas, tabah dan sabar, dan teguh pendirian. (Gie/ Humas dan Publikasi) #BanggaIAINSurakarta