Catatan Lapangan Antropolog Tentang Spiritualitas Perempuan Berbasis Ajaran Tasawuf di Barat

SINAR – IAIN Surakarta bekerjasama dengan antropolog asal Australia, Dr. Bianca J. Smith, menggelar Kuliah Umum bertajuk Sufism and Women’s Spirituality in Western Culture. Kuliah Umum yang diikuti oleh segenap sivitas akademik dari kalangan dosen dan mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Surakarta (27/2) diselenggarakan di aula gedung rektorat lantai 3, IAIN Surakarta.

Pada kesempatan tersebut, Bianca menjelaskan bahwa ketertarikannya untuk melihat sisi spiritualitas perempuan ‘Barat’ didasari oleh beberapa keunikan, salah satunya adalah basis ajaran Tasawuf sebagai landasan berprilaku sekelompok perempuan. Di Negara-negara dengan penduduk mayoritas Islam, tentu praktek-praktek semacam ini dilakukan oleh perempuan muslim, namun tidak demikian halnya di Barat.

Dalam prakteknya, konstruksi kebudayaan Barat yang terbentuk dari beberapa sistem kepercayaan, antara lain; Judaisme, Hindu, Budha, Kristen dan Sufisme Islam menjadikan ajaran tasawuf tidak hanya menjadi penuntun kehidupan perempuan muslim, tetapi juga perempuan non muslim. Meraka menginterpretasikan sisi ke-Ilahi-an Allah menggunakan paradigma Ar Rahman dan Ar Rahim, yang berarti kasih sayang. Sifat kasih sayang yang identik dengan keperempuanan inilah yang menjadi dasar Gerakan Divine Feminine.

Agenda Gerakan Divine Feminine adalah mengobati luka yang disebabkan sistem kepemimpinan patriarkhi, baik luka dalam bentuk riil maupun luka simbolis berupa kerusakan alam. Presentasi Bianca direspon hangat oleh peserta diskusi melalui beberapa tanggapan dan pertanyaan. Ke depan, diskusi semacam ini diharapkan menjadi pemantik kerjasama antara IAIN Surakarta dengan Monash University, kampus asal pemateri. (Gie/Humas Publikasi)

Sumber: Siti Fathonah (FUD-IAIN Surakarta)