Mahasiswa Prestatif, Just Be Yourself

Nama Panji Putra Ariyanto tentunya sudah tidak asing lagi di kalangan mahasiwa UIN Raden Mas Said. Mahasiswa asal Karanganyar, Jawa Tengah ini beberapa kali mengharumkan nama kampus dalam berbagai gelaran di tingkat regional, nasional, maupun internasional. Beberapa perhargaan berhasil diraihnya, antara lain terpilih sebagai campus director Hult Prize Foundation dan Juara III sekaligus gelar Mister Youth World dalam ajang Pemilihan Putera Puteri Pendidikan Jateng-DIY. Baru-baru ini Panji terpilih sebagai salah satu delegasi Indonesia dalam konferensi kepemudaan bertajuk Turkey International Movement 2022. Bertempat di Istanbul, Turkey Panji berkesempatan untuk berinteraksi langsung dengan para peserta dari berbagai negara dan berdiskusi dalam forum-forum yang berlangsung pada 17 Januari-5 Februari 2022 tersebut.

Sederet prestasi yang diraih oleh mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islami ini tentunya bukan sesuatu yang instan. Panji mengaku sudah mulai tertarik mengikuti lomba-lomba dan kegiatan kepemudaan sejak dirinya duduk di bangku sekolah menengah. Tidak hanya sering mendapat keberhasilan, Panji juga terbiasa bersahabat dengan kegagalan. Dirinya selalu belajar dari keberhasilan maupun kegagalan untuk menjadi orang yang lebih baik.

Keputusan untuk berkuliah di UIN Raden Mas Said diakuinya merupakan salah satu keputusan terbaik dalam hidupnya. Sebelum mantap mengikuti seleksi jalur SPAN-PTKIN, dirinya gagal dalam beberapa seleksi beasiswa, salah satunya karena kemampuan bahasa Inggrisnya yang masih kurang. Sejak saat itu, Panji semakin termotivasi untuk mengembangkan kemampuan bahasa Inggris.

“Kampus UIN ini komplit. Ada mata kuliah keagaan dan mata kuliah umum sesuai jurusan kita. Selain itu, lokasinya strategis dan pengajarnya bagus. Kalau ada kampus bagus di daerah kita sendiri, kenapa harus jauh-jauh,” jawabnya ketika ditanya alasannya mantap memilih mendaftar di UIN Raden Mas Said.

Adaptasi dengan Lingkungan PTKIN

Sebagai mahasiswa yang berasal dari latar belakang SMK, Panji mengaku mengalami kesulitan ketika pertama kali menjadi mahasiswa UIN Raden Mas Said. Sekolah menengah yang ditempuhnya tidak memberikan bekal bahasa Arab dan disiplin ilmu keislaman sebagaimana sekolah keagamaan. Ini menjadi tantangan pertama yang harus ditaklukkannya kala itu.

“Waktu itu saya merasa ketinggalan dalam mata kuliah keagamaan dan bahasa Arab. Tapi, saya harus segera bisa mengejar. Saya membeli buku-buku dan download jurnal agar bisa cepat belajar. Uang beasiswa juga saya pakai untuk membeli buku,” ungkapnya.

Tantangan ini tentunya banyak dirasakan oleh para mahasiswa yang tidak berasal dari sekolah keagamaan. Itu adalah hal yang wajar, menurutnya, namun jangan sampai menjadikannya alasan untuk tidak berusaha mengejar. “Justru harus segera cepat beradaptasi agar tidak tertinggal,” tegasnya.

Selain berusaha mengejar ketertinggalan dengan banyak membaca dan berlatih, Panji juga merasa bersyukur ada di lingkungan kampus yang bersahabat dan suportif. Wawasannya tentang berbagai isu keislaman, budaya, dan kepemudaan menjadi semakin terbuka dan menjadikannya bersemangat menuliskan ide-idenya dalam tulisan-tulisan ilmiah maupun populer. Tulisannya dapat ditemukan dalam jurnal ilmiah maupun media online. Tidak hanya mengembangkan kemapuan akademisnya melalui kegiatan perkuliahan, Panji juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaan di lingkungan kampus.

Mengembangkan Diri di Kampus UIN Raden Mas Said

Mahasiswa yang menjabat sebagai Ketua Umum Formasi (Forum Mahasiswa Bidikmisi dan KIP Kuliah) UIN Raden Mas Said ini sangat bersyukur bisa mendapat banyak kesempatan untuk mengembangkan diri di kampus, salah satunya melalui berbagai kegiatan Bidikmisi. Setidaknya ada tiga kegiatan bagi mahasiswa Bidikmisi yang sangat berkontribusi baginya, yakni kursus intensif bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare selama satu bulan, pembinaan karakter dan bela negara, serta pendampingan penulisan karya ilmiah dan populer. Berbagai kegiatan pemgembangan diri tersebut diadakan secara rutin oleh UIN Raden Mas Said bagi mahasiswa Bidikmisi dan KIP Kuliah.

“Tiga kegiatan itu yang sangat saya rasakan pengaruhnya. Saya jadi lebih lancar berbahasa Inggris dan lebih percaya diri. Selain itu, pendampingan penulisan artikel ilmiah juga sangat bagus. Kami dibimbing dari awal hingga bisa publikasi,” tuturnya.

Selain itu, tambah Panji, ia juga bersyukur berkesempatan menjadi ketua umum Formasi 2021. Hal itu memberinya banyak kesempatan untuk menjadi delegasi kampus dalam berbagai kegiatan. Pengalaman menjadi ketua umum ini tidak lantas menjadikan Panji merasa jemawa. Ia menjadikan jabatan tersebut sebagai amanah untuk menjadi ‘pelayan’ bagi para anggota forum. Salah satunya dengan memastikan seluruh anggota forum mengikuti dan mendapatkan kegiatan pembinaan dan pengembangan diri yang amat penting bagi mereka.

Lebih lanjut, kegiatan UKM juga sangat berkontribusi dalam mengembangkan minat, bakat, serta kemampuan organisasinya. Di UIN Raden Mas Said, dirinya aktif di UKM Lembaga Penelitian Mahasiswa Dinamika dan JQH (Jam’iyyah Al-Qurra wa Al-Huffadz) Al Wustho. Melalui UKM LPM Dinamika inilah Panji semakin mengasah kemapuannya dalam bidang keilmiahan, penelitian, dan kepenulisan. LPM Dinamika juga mengasah kreativitas dan kekritisan mahasiswa dalam mengolah dan menanggapi suatu isu secara ilmiah. Sementara itu, JQH Al Wustho banyak membuka wawasannya tentang kajin keIslaman, kebudayaan, dan kesenian Islam. Kombinasi yang apik dalam bidang keislaman dan keilmihaan tersebut terbukti berhasil mengantarkan Panji lolos seleksi Turkey International Movement 2022, dimana salah satu paper yang dibuatkan menyoal tentang moderasi beragama.

Selain itu, Ia juga tertarik dengan kegiatan seminar atau konferensi internasional. Ia mengaku senang mengikuti kegiatan internasional karena banyaknya manfaat yang didapatkan. “Dengan ikut kegiatan internasional kita bisa lebih terbuka wawasannya dan tidak mandeg dalam satu hal saja. Saya suka bertemu dengan banyak orang dari latar belakang yang berbeda, tahu berbagai perspektif, dan tentunya meningkatkan kemampuan bahasa Inggris saya,” ujarnya.

Bahasa Inggris kerap menjadi kendala mahasiswa untuk mengikuti kegiatan-kegiatan internasional. Oleh karenya, Panji memotivasi seluruh mahasiswa untuk meningkatkan kemapuan bahasa Inggris, apapun jurusan yang diambil. Hal itu karena kemampuan bahasa akan selalu diperlukan dalam bidang apapun.

Sempat Insecure

Berasal dari PTKIN awalnya sempat membuat Panji merasa minder ketika berada dalam kegiatan yang melibatkan perwakilan mahasiswa-mahasiswa dari kampus bergengsi di Indonesia, seperti UGM, Undip, UNS, maupun UI. Melihat sepak terjang dan pengalaman para mahasiswa dari kampus-kampus tersebut membuatnya sedikit khawatir. Salah satunya ketika dirinya mengikuti seleksi Turkey International Movement 2022 dimana dia bersaing dengan mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia. Beruntung Panji segara bangkit menumbuhkan kepercayaan dirinya.

“Kuncinya adalah menjadi diri sendiri. Kita tidak perlu menjadi orang lain dan juga tidak perlu minder dengan orang-orang yang lebih keren. Hanya perlu menjadi Panji dan mengotimalkan ide-ide serta potensi yang kita punya,” tegasnya.

Tekadnya membuahkan hasil. Tidak hanya terpilih menjadi salah satu delegasi Indonesia, Panji juga dinobatkan sebagai delegasi terbaik dalam ajang tersebut. “Tidak perlu merasa insecure karena berasal dari PTKIN. Justru kalau kita merasa tertinggal, hal itu harus menjadi motivasi untuk membawa nama baik kampus UIN Raden Mas Said,” ungkapnya.

Panji berpendapat bahwa mahasiswa adalah elemen yang tidak terpisahkan dari kemajuan suatu kampus. Di Solo ada dua kampus besar yakni UNS dan UMS. Namun, UIN Raden Mas Said mempunyai ciri khas tersendiri, baik dari karakter keilmuan, karakter mahasiswanya, maupun keunikan sejarah kebudayaannya. Keunikan-keunikan tersebut yang dipadukan kreativitas mahasiswa hendaknya bisa menjadi modal untuk bisa sejajar atau lebih tinggi dari kampus-kampus yang lain. “Bila ingin kampus kita maju, tentunya kita sebagai mahasiswa juga harus berkontribusi,” tegasnya.

Oleh karena itu, dirinya mengajak para mahasiswa untuk aktif mengembangkan diri dan menghasilkan karya-karya yang bisa membantu kemajuan kampus UIN Raden Mas Said tercinta.

Pendidikan Vokasi Industri Halal

Oleh: Dr. Muhammad Munadi, M.Pd
(Dosen pada Fakultas Ilmu Tarbiyah UIN RM Said Surakarta)

Potensi Halal Dunia

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (Kementerian Keuangan, 2021) menyatakan bahwa Sektor industri halal memiliki potensi yang sangat besar. Hal ini menjadi alternatif pendorong pertumbuhan ekonomi dunia. Hasil studi (Atiko Putri et al., 2021) menunjukkan bahwa industri makanan halal di Asia dan Eropa semakin meningkat dikarenakan keberadaan populasi muslim mengalami peningkatan pertumbuhan, berdasarkan tren permintaan produk halal. Permintaan yang meningkat terjadi juga pada wisata halal (Nurozi, 2021). Fakta ini juga disampaikan Menteri Perindustrian (Kemenperin, 2021) bahwa 1,8 miliar penduduk muslim di dunia, terdapat potensi belanja produk halal yang mencapai USD2,2 Triliun. Tingkat konsumsi ini diperkirakan naik dari tahun ke tahun hingga mencapai USD3,2 Triliun pada 2024. Belum lagi, kehidupan modern sebagai akibat dari tingginya permintaan masyarakat global menjadikan bisnis halal baik gagasan, barang dan jasa serta orang harus siap menjadi kekuatan pasar dunia berikutnya di dunia global (Deuraseh & Heradhyaksa, 2020). Pertumbuhan yang luar biasa ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti yang digambarkan (State of the Global Islamic Economy, 2021) berikut ini.

Gambar 1. Islamic Economic Drivers

Gambar tersebut, kalau dibuat table dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 1. Penggerak Ekonomi Islam

Demand-Side Drivers Supply-Side Drivers
Large, fast-growing, and young muslim population Government regulation
Islamic values driving lifestyle practices Intra-OIC trade growth
Digital connectivity Participation of global top brands
Growth of ethical consumption National Islamic economy strategies

Tabel 1 menunjukkan bahwa penggerak ekonomi Islam terdiri dari dua sisi, yaitu Penggerak Sisi Permintaan dan Penggerak sisi Pemasok. Penggerak Sisi Permintaan terdiri atas: Populasi Muslim yang besar, tumbuh cepat, dan muda, Nilai-nilai Islam yang mendorong praktik gaya hidup, Konektivitas digital serta Pertumbuhan konsumsi etis. Sedangkan  Penggerak sisi Pasokan, terdiri atas: regulasi pemerintah, Pertumbuhan perdagangan intra-negara-negera yang tergabung dalam OKI (Organisasi Kerjama Negara-Negara Islam), partisipasi merek-merek top global, serta strategi ekonomi syariah nasional, Penggerak yang ada sisi internal dan ada eksternal yang saling mempengaruhi sehingga daya gerak ekonomi Islam semakin besar.

Industri halal menjadi alternative pendorong pertumbuhan ekonomi dunia dikarenakan ruang lingkup industry halal sangat luas meliputi halal food, Islamic finance, muslim-friendly travel, modest fashion, halal pharmaceutical, halal cosmetics, Islamic-themed Media and recreation (State of the Global Islamic Economy, 2021). Industri halal terdiri atas industri makanan halal, keuangan Islam (jasa perbankan dan jasa keuangan non perbankan), perjalanan ramah Muslim, sandang, farmasi halal, kosmetik halal, media dan rekreasi bertema Islam. Cakupannya bisa ditambahkan seperti produk halal, jasa halal, pariwisata, termasuk produk dan proses halal seperti; teknologi pangan, pengolahan dan pengolahan pangan, farmasi, kosmetik, obat-obatan, penyembelihan dan daging.

Penyiapan SDM Halal: Antara Pendidikan Akademik dan Vokasi

Keluasan ruang lingkup industry halal, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang andal berkaitan dengan penyelia halal, auditor halal, konsultan halal, keamanan pangan, maupun SDM yang berkait kehalalan produk barang maupun jasa. SDM halal menjadi salah satu pilar penting untuk mempercepat akselerasi penyelenggaraan jaminan produk halal dunia terkhusus di Indonesia. Cara yang bisa ditempuh dengan pendidikan akademik maupun vokasi. Akan tetapi kebutuhan yang mendesak dan cepat diperlukan pendidikan vokasi yang memerlukan waktu yang pendek dalam menyelesaikan pendidikan. Ada dua pemikiran yang dilontarkan oleh Kementerian Agama melalui institusionalisasi kajian halal dalam bentuk program akademik dengan membuka program studi halal atau program vokasi di PTKI (Kemenag, 2021). Tawaran lain berfokus pada pembukaan politeknik pada PTKI yaitu, makanan, fashion, seni, dan pariwisata (Aldila, 2021).

Pembukaan jenis dan jenjang pendidikan yang harus dipikirkan sumber daya manusia pendidik (tenaga pengajar) tenaga kependidikan lainnya seperti laboran, teknisi, dan yang lainnya, serta  sarana dan prasarana laboratorium, serta bengkel kerja atau workshop. Semuanya harus mendasarkan pada rasio dan proporsi yang ideal. Rasio dan proporsi antara peserta/mahasiswa dengan tenaga pengajar, peserta/ dengan alat laboratorium serta peserta/ dengan bengkel kerjanya. Selain itu tingkat kebaruan sarana dan prasarana laboratorium, serta bengkel kerja atau workshop juga harus dijamin. Dengan demikian peserta/mahasiswa bisa mudah menyesuaikan dengan lapangan kerja indusri halal.

Pendidikan Vokasi Industi Halal Sebuah Alternatif

Kebutuhan yang besar dan cepat atas SDM Halal diperlukan model pendidikan vokasi yang tidak memakan waktu yang lama, maka pendidikan non jenjang dan jangka waktu bisa memiliki nbayak pilihah, bisa : 1 – 3 hari, 1 minggu, 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan maupun 12 bulan atau paling tidak bisa ditempuh seperti yang terjadi pada pelatihan singkat. Gambarannya dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 2. Pendidikan dan Pelatihan SDM Halal

Tabel 2 menunjukkan bahwa program bisa bervariasi dari tingkat teknis sampai tingkat lanjut sehingga ada profesionalisme tenaga professional di bidang halal. Penjenjangan ini menuntut seorang professional halal harus selalu belajar dan memperbaharui keahlian. Sedangkan waktu yang agak lama dan pendidikannya bisa  ditempuh melalui jenjang diploma 1, 2, 3 maupun 4. Gambarannya sebagai berikut.

Tabel 3. Program Pendidikan Vokasi

Tabel 3 menunjukkan bahwa pendidikan vokasi halal bisa terdiri atas kajian hukum Islam (Syari’ah), materi atau konten dan rantai pasok. Namun prosentasi mata kuliah yang harus banyak pada kajian materi/konten dan rantai pasoknya, sedangkan sisi Syari’ah tidak begitu dominan.

Dalam pendidikan vokasi baik melalui jenjang diploma maupun non gelar akan ada kendala seperti hasil riset (Harun et al., 2021) yaitu kendala bahasa, kesalahpahaman, dan latar belakang pendidikan peserta. Maka pendidikan harus dimulai dengan kesamaan persepsi tentang halal dilihat dari norma hukum Islam melalui matrikulasi. Dengan kesamaan persepsi ini menjadikan tidak ada perdebatan ketika mendapatkan materi-materi yang lebih teknis sesuai kajian halal yang ada.

Daftar Pustaka

Aldila, N. (2021, March 12). Kemenag Godok Rencana Pembangunan Pendidikan Vokasi untuk Industri Halal Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul Kemenag Godok Rencana Pembangunan Pendidikan Vokasi untuk Industri Halal. Finansial Bisnis. https://finansial.bisnis.com/read/20210312/231/1366766/kemenag-godok-rencana-pembangunan-pendidikan-vokasi-untuk-industri-halal

Atiko Putri, N. I., Karseno, K., Fuadah, D. K., Firdausi, H. M., Ulhusna, S., & Prabowo, M. A. B. (2021). The Potential of Halal Food Business in Asia and Europe with Majority of Non-Muslim Communities. Al-Kharaj : Jurnal Ekonomi, Keuangan & Bisnis Syariah, 4(1), 1–15. https://doi.org/10.47467/alkharaj.v4i1.396

Deuraseh, N., & Heradhyaksa, B. (2020). Potential Occupation in Halal Industry for Reinforcement Sharia Economic Law. Diponegoro Law Review, 5(2), 156–171. https://doi.org/10.14710/dilrev.5.2.2020.156-171

Harun, N. H., Amir, M., Hakim, N., Abdullah, H., & Syukri, M. (2021). Halal Training : Issues and Challenges F Rom Trainers ’ Perspectives in Halal Products Research Institute ( Hpri ). 14(II), 207–216.

Kemenag. (2021). Persiapkan SDM, Kemenag akan Buka Program Akademik Halal di PTKI. Kemenag RI. https://kemenag.go.id/read/persiapkan-sdm-kemenag-akan-buka-program-akademik-halal-di-ptki-0156r

Kemenperin. (2021). Indonesia Digadang Jadi Pusat Produksi Halal Dunia. Siaran Pers Kemenperin. https://www.kemenperin.go.id/artikel/22817/Indonesia-Digadang-Jadi-Pusat-Produksi-Halal-Dunia

Kementerian Keuangan. (2021). Sektor Industri Halal Memiliki Potensi Besar dalam Perekonomian Nasional. Kemenkeu RI. https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/sektor-industri-halal-memiliki-potensi-besar-dalam-perekonomian-nasional/

Nurozi, A. (2021). Design and Potential of Halal Tourism Industry in Yogyakarta Special Region. Journal of Islamic Economics Lariba, 7(2), 155–169.

State of the Global Islamic Economy. (2021). State of the Global Islamic Economy Report 2020/2021. In Dubai International Financial Centre. https://haladinar.io/hdn/doc/report2018.pdf

Pengembangan Vokasi Di PTKIN: Menemukenali Input, Kondisi Internal Dan Kompetitor

Oleh: Dr. Muhammad Muandi, M.Pd
(Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah UIN RM Said Surakarta)

Pengantar

Kerumitan dalam perencanaan pendidikan terletak pada kesenjangan antara supply and demand. Sisi supply lebih besar daripada demand lapangan kerja maupun yang wirausaha. Problem ini diupayakan untuk diurai melalui salah satu area kerangka kebijakan pendidikan Indonesia untuk memperbaiki mutu sumber daya manusia dan meningkatkan daya saing Indonesia adalah industri dan pendidikan tingkat tinggi (Indrawati & Kuncoro, 2021). Industri dan pendidikan tinggi perlu dipersambungkan diantaranya melalui pengembangan jenis pendidikan vokasi.  UU nomor 20 Tahun 2003 Pasal 15 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menyatakan bahwa pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi  yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan program sarjana. Pendidikan jenis ini awalnya tidak dapat dipisahkan dari perannya dalam merehabilitasi siswa dengan kesulitan akademik dalam pendidikan akademik di sejumlah negara di seluruh dunia (Masson, 2009). Walaupun sebenarnya arah awalnya sudah ada dengan pengenalan Pendidikan berbasis kompetensi. Pendidikan model ini menekankan bahwa kompetensi itu melekat pada  semua bentuk pendidikan yang berbeda dengan arah kurikulum yang lebih individual pada siswa ataupun mahasiswa (van der Klink et al., 2007).

Pendidikan berbasis kompetensi memang tidak identic dengan pendidikan vokasi. Hal ini dikarenakan cakupannya lebih luas dan merujuk pada: Career education, Technical school, Apprentice training, Job training, dan Trade training (Monarch, 2020). Pendidikan vokasi sangat luas yang program/kegiatannya bisa berbentuk: pendidikan karir, Sekolah Teknik, Pelatihan magang, Pelatihan kerja, serta Pelatihan perdagangan.  Kualifikasinyapun juga beragam: sertifikat, diploma dan diploma lanjutan (The Good University Guide, 2022).

Vokasi dalam Konteks PTKI

Ada kerumitan tersendiri, kalau PTKI dikaitkan dengan pendidikan vokasi. Hal ini dikarenakan keilmuan Agama relative akademik dibandingkan muatan kejuruannya. Namun mendasarkan pernyataan Direktur Pendidikan Tinggi Islam yang menyatakan bahwa ada tiga hal yang menjadi prioritas PTKI, yaitu: pembangunan laboratorium, gedung perpustakaan, dan bengkel kerja atau workshop (Diktis, 2022). Untuk pengembangan pendidikan vokasi, perlu mempelajari data berikut:

Tabel 1. Jenis Perguruan Tinggi

Tabel 1 menunjukkan bahwa perguruan tinggi berbentuk universitas bisa mengembangkan jenis pendidikan akademik, vokasi, dan profesi. Selama ini di PTKIN masih berfokus pada jenis pendidikan akademik dan belum mengembangkan pendidikan vokasi apalagi profesi. Pendidikan profesi sudah mulai dikembangkan pada program studi pendidikan yang mengembangkan pendidikan profesi guru (PPG). Jenis pendidikan profesi  bisa dikembangkan dengan lembaga lain seperti pendidikan profesi Penasehat Hukum, Notariat, dan profesi lain berkait dengan hukum dan syari’ah. Begitupula profesi lain bisa bekerjasama dengan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) sehingga masing-masing program studi bisa mendapatkan lisensi sebagai Lembaga Sertifikasi Profesi, minimal PTKIN sebagai Tempat Uji Kompetensi (TUK). Program studi di PTKIN benar-benar harus menyiapkan laboratorium, dan bengkel kerja atau workshop sesuai ketentuan BNSP.

Vokasi dalam Konteks Kompetitor

Dalam penetapan PTKIN akan membuat pendidikan vokasi, maka diperlukan penelaahan competitor yang paling dekat dengan kampus berada. Lembaga ini memiliki competitor berikut ini.

Tabel 2. Kompetitor PTKIN Berdasar Jenjang Pendidikan



Tabel 2 menunjukkan bahwa, PTKIN bisa mengembangkan pendidikan vokasi antara tanpa gelar, Diploma 1 Diploma 2, atau Diploma 3 sehingga masa tempuhnya bisa berlandaskan pada table berikut.

Tabel 3. Masa Tempuh Pendidikan Vokasi

Masa tempuh bisa merujuk pada kursus/pelatihan 1 bulan – 12 bulan, atau diploma 1 atau diploma 2 sehingga bisa mentarget  pada konsumen yang belum banyak dibidik oleh competitor. Namun competitor yang ada, tidak hanya didasarkan pada jangka waktu tempuh pendidikannya tetapi juga bidang kejuruannya.

Tabel 4. Bidang Kejuruan Perguruan Tinggi

Pendidikan vokasi bisa mengembangkan keilmuan social, humaniora, sain dan teknologi.

Bicara sumber input mahasiswa kalau berbasis madrasah  bisa mendasarkan pernyataan Dirjen Pendidikan Islam (Kemenko Perekonomian RI, 2019), yaitu: pendirian Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), dan Madrasah Aliyah Plus Keterampilan, selain itu jumlah siswa lulusan sekolah menengah kejuruan yang masuk di PTKIN. Disamping itu mendasarkan data dari (Munadi, 2021), pendidikan vokasi di PTKI bisa mengembangkan kelanjutan pendidikan vokasi jenjang sekolah menengah/madrasah Aliyah, sebagai berikut.

Tabel 5. Ragam Vokasi Yang Dikembangkan PTKIN

Tabel 5 menunjukkan bahwa PTKI negeri dan swasta bisa mengembangkan ragam pendidikan vokasi sesuai dengan jenis ragam pendidiakn sebelumnya. Namun secara spesifik yang bisa dikembangkan bisa dilihat pada table berikut.

Tabel 6. Ragam Pendidikan Vokasi dan kemungkinan Jenjangnya

Merujuk pada table 6, PTKI harus melihat kekuatan sumber daya dosen terutama ketika membuka program Diploma 1 sampai 3 karena ketentuan akreditasi setiap program studi dengan jenjang tertentu harus memiliki dosen minimal 6 orang. Ini memperberat lembaga. Yang paling aman sebenarnya membuka program tanpa gelar dan tidak berjenjang namun tetap saja yang paling berat pada ketersediaan laboratorium, dan bengkel kerja atau workshop harus terpenuhi dan ideal dengan rasio jumlah mahasiswanya. Hal ini mengingat bahwa pendidikan jenis ini adalah vokasi yang lebih mementingkan penguasaan alat-alat praktek yang up-to-date sesuai perkembangan lapangan kerja.

Daftar Pustaka

Diktis. (2022). Tahun 2023, SBSN PTKIN Fokus pada Penguatan Vokasi. DIKTIS. http://diktis.kemenag.go.id/v1/berita/tahun-2023-sbsn-ptkin-fokus-pada-penguatan-vokasi

Indrawati, S. M., & Kuncoro, A. (2021). Improving Competitiveness Through Vocational and Higher Education: Indonesia’s Vision For Human Capital Development In 2019–2024. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 57(1), 29–59. https://doi.org/10.1080/00074918.2021.1909692

Kemenko Perekonomian RI. (2019). Perkuat Mutu Pendidikan Vokasi di Madrasah, Kemenag Teken MoU dengan Kemenko Perekonomian. Siaran Pers Bersama. https://ekon.go.id/publikasi/detail/1119/perkuat-mutu-pendidikan-vokasi-di-madrasahkemenag-teken-mou-dengan-kemenko-perekonomian

Masson, J.-R. (2009). Vocational education and training and higher education in the transition countries. European Journal of Vocational Training, 1(46), 89–113.

Monarch. (2020). Vocational vs higher education. Monarch Institute. https://www.monarch.edu.au/blog/vocational-vs-higher-education/#:~:text=Both types of learning can,about practical job-specific skills.

Munadi, M. (2021). Ragam Madrasah : Peluang dan Tantangan. UIN Raden Mas Said Official Website. https://iain-surakarta.ac.id/ragam-madrasah-peluang-dan-tantangan/

The Good University Guide. (2022). Vocational or higher education? The Good University Guide. https://www.gooduniversitiesguide.com.au/education-blogs/tertiary-study/vocational-or-higher-education

van der Klink, M., Boon, J., & Schlusmans, K. (2007). Competences and vocational higher education: Now and in future. European Journal of Vocational Training, 40(1), 67–82. http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=ehh&AN=31733933&site=ehost-live

Balita Dalam Lingkaran Makanan Gizi Seimbang

Oleh : Triningsih, S.IP
(Pustakawan Muda UIN RM Said Suurakarta)


“Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya”

Sepenggal lagu ciptaan Wage Rudolf Supratman yang berjudul Indonesia Raya tersebut tentu sudah tidak asing ditelinga kita semua. Lagu ciptaan pria kelahiran Purworejo 19 Maret 1903 tersebut menyerukan untuk membangun jiwa dan badan. Karena pembangunan tersebut dapat menjadi pencapaian Indonesia sebagai salah satu tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum. Dengan kata lain jiwa dan badan masyarakat harus sehat.

Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi balita kurus dan prevalensi balita stunting masing-masing sebesar 12,1% dan 37,2%. Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017 di Indonesia menunjukkan prevalensi stunting pada balita sebesar 27,5%, balita kurus 8,0%, dan balita dengan gizi kurang sebanyak 17,8%. (Direktorat Gizi Masyarakat Kemenkes RI, 2017). Padahal kita tahu bahwa salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kesehatan. Terlebih lagi kesehatan bagi anak balita (bawah lima tahun). Kebiasaan makan balita berpengaruh terhadap kesehatannya.

Dimudahkan

Di zaman teknologi komunikasi informasi yang serba canggih seperti sekarang ini, masyarakat ikut dimudahkan dalam semua sendi kehidupan. Termasuk kemudahan dalam mencari makanan untuk anak balita. Keanekaragaman makanan dengan segala kelezatannya mudah sekali dicari. Tinggal pegang handphone dan pencet sana sini, hasilnya makanan sudah siap saji serta diantar ke rumah dalam beberapa menit.

Namun, memberikan makanan untuk anak balita, tidak cukup memilih makanan yang bervariasi. Yang lebih penting dari itu adalah pemilihan makanan dengan gizi seimbang. Karena konsumsi makanan dengan gizi seimbang dan aman dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh serta menurunkan resiko penyakit kronis dan penyakit infeksi.

Prediksi output sumber daya manusia di masa mendatang negeri ini bisa dilihat dari kondisi status anak balita saat ini. Dan pengetahuan yang buruk tentang makanan dengan gizi seimbang pada anak balita akan berpengaruh buruk pada kesehatan. Baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Pelletier dan Frongillo (2013) mengatakan, status gizi kurang berdampak pada balita di masa mendatang. Karenanya, gizi buruk harus menjadi masalah dan mendapat perhatian. Karena tidak hanya berdampak seperti kerentanan balita terhadap penyakit infeksi, kemampuan bertahan hidup yang rendah, IQ rendah, kemampuan kognitif rendah, dan kematian. Tetapi juga berdampak pada jangka panjang yaitu memengaruhi kecerdasan calon generasi penerus, serta kualitas dan produktivitas SDM.

Masyarakat dan keluarga harus mengetahui tentang makanan dengan gizi seimbang untuk anak balita. Jangan sampai balita itu mengalami kelebihan gizi. Yakni suatu keadaan tubuh balita akibat mengkonsumsi zat gizi tertentu melebihi kebutuhan tubuh dalam waktu yang relative lama. Ataupun mengalami kekurangan gizi, yang mana suatu keadaan tubuh balita akibat asupan zat gizi sehari-hari yang kurang sehingga tidak terpenuhi oleh tubuh.

Marilah kita perhatikan dan penuhi kebutuhan serta kesejahteraan balita, salah satunya dengan memberi mereka asupan makanan gizi seimbang. Karena ditangan merekalah perjuangan cita-cita Bangsa ini terus berlanjut dan berjalan nantinya. Dan 25 Januari merupakan Hari Gizi dan Makanan Nasional. Sebuah momentum yang mengingatkan kita agar selalu memperhatikan makanan yang harus terpenuhi gizinya. Tujuannya tidak lain adalah kesehatan.

Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, men sana in corpora sano. Kesehatan merupakan berkah tersendiri bagi balita. Marilah kita menjaga balita kita dengan selalu memberi makanan dengan gizi seimbang.

Artikel ini telah diterbitkan oleh SKH Kedaulatan Rakyat Yogyakarta. Edisi Rabu Pahing, 26 Januari 2022, hal. 11.

Wakaf dan Pencapaian Sustainable Development Goals

Oleh: Dr. H. Muhammad Munadi, M.Pd
(Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah UIN RM Said Surakarta)

Dari MDGs Ke SDGs

Banyaknya problem yang terjadi seluruh dunia diperlukan pemecahan masalah dalam negara, antar negara dan lintas negara. Problem yang ada berupaya diurai melalui kesepakan bersama dengan tajuk Millenium Development Goals (MDGs) yang dicanangkan mulai tahun 2005 sampai tahun 2015 semestinya bisa terselesaikan. Karena kompleksnya persoalan diperlukan keberlanjutan dalam menanganinya dengan tajuk Sustainable Development Goals (SDGs).

Diantara perbedaannya dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 1. Perbedaan MDGs dengan SDGs

Komponen MDGs SDGs
Target Waktu 2005 – 2015 2016 – 2030
Tujuan 8 Tujuan 17 Tujuan
Target 50 Target 169 Target
Contoh Tujuan Tujuan Mengurangi keminskinan 2015 sebesar seoarh kemiskinan 2005 Tujuan Menghilangkan kemiskinan 2030
Keterlibatan pakar negara-negara anggota Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dan beberapa lembaga internasional partisipatoris sangat inklusif dengan cara konsultasi langsung dengan semua kalangan (pemerintah, masyarakat sipil, akademisi, pihak swasta, dan masyarakat filantropi) baik dari negara maju maupun berkembang.

(Admin SDGs Kemendes, 2020; Hadiz, 2017)

Delapan Tujuan Pembangunan Milenium dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Delapan MDGs

Kedelapan tujuan MDGs gagal dicapai diantaranya dikarenakan ramuannya dibuat oleh para pakar negara-negara anggota Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dan beberapa lembaga internasional tanpa melibatkan partisipasi masyarakat sipil serta pelbagai pemangku kepentingan (Hadiz, 2017) dan MDGs kurang memperhatikan sifat holistik, inklusif, dan keberlanjutan pembangunan (ICPH, 2022).

MDGs diupayakan melalaui Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). SDGs merupakan suatu rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan (Pusat Studi SDGs ITS, 2020; SDG Indonesia, 2017). SDGs berisi 17 Tujuan dan 169 Target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2030 (SDG Indonesia, 2017). Ketujuh belas tujuan tersebut digambarkan (Budiantoro, 2018) sebagai berikut:

Gambar 2. Sevententh SDGs

Semua negara harus mengimplementasikan dan merealisasikan 17 tujuan tersebut baik negara berpendapatan poor, rich, dan middle income (Alam, 2021) Dalam mencapainya diperlukan Kolaborasi multi-stakeholder dapat dilakukan dalam berbagai bentuk dan dengan berbagai tingkat keterlibatan (Kuenkel et al., 2020). Dalam semua level pemerintahan dan semua bidang pemerintahan. Maka wajar kalau dilacak di search engine terutama di Indonesia, maka akan banyak ditemukan website SDGs lintas kementerian pada Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), tingkat kementerian, pemerintah propinsi dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), dan termasuk perguruan tinggi. Banyak perguruan tinggi membuat SDGs Center.

Dukungan Wakaf Untuk SDGs

Tujuan dan target yang besar dari SDGs diperlukan kerjasama antar semua komponen negara dan non negara. Disamping itu daalam pencapaian SDGs secara global, dibutuhkan anggaran sekitar US$3–5 triliun (Possumah, 2019). Disinilah diperlukan terobosan instrument pengumpulan dana dari semua pemeluk agama, terutama umat Islam. Pengumpulan dana tersebut bisa melalui instrumen zakat, infaq, shadaqah maupun wakaf. Hasil riset (Abdullah, 2018) menunjukkan bahwa sebagian besar dari 17 tujuan pembangunan SDGs cocok dengan tujuan jangka panjang syariah dan ada ruang lingkup yang baik bagi para pemangku kepentingan wakaf untuk mengembangkan rencana pembangunan berbasis wakaf sejalan dengan kerangka SDGs. Selain itu, ditemukan bahwa wakaf global menikmati kapasitas keuangan yang cukup untuk membantu negara-negara mayoritas muslim untuk mewujudkan beberapa SDG berorientasi maqashid yang paling relevan dan mendesak secara tepat waktu (Abdullah, 2018). Hal ini diperkuat pendapat yang menyatakan bahwa Multiplisitas dana wakaf ini dapat mendukung pembangunan berkelanjutan, terutama proyek pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keuangan mikro, dan kewirausahaan (Hamza, 2021).

Terobosan tersebut sudah diimplementasikan Arab Saudi. Laporan (Rehman et al., 2021) menyebutkan bahwa wakaf yang dikeluarkan Arab Saudi sebesar 3,363,918,919 RS dengan kurs Rp. 3.834,59, maka terdapat Rp. 12.899.253.127.429,15.
Rinciannya dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 2. Bidang Sasaran Distribusi Dana Wakaf

No Bidang Besaran Prosentase
1. Education SAR 1.4 billion 42 %
2. Religion SAR 585 million 15 %
3. Art and Culture SAR 101 million   3 %
4. Health SAR 407 million 13 %
5. Human Service SAR 585 million 17 %
6. Economic Development SAR 34 million   1 %
7. Social Sector Development SAR 291 million   9  %
8. Environment, Water & Agriculture SAR 32 million   1 %

Dana Wakaf untuk sektor pendidikan digambarkan distribusinya sebagai berikut:

Gambar 3. Distribusi Dana Wakaf Sektor Pendidikan

Gambar tersebut menunjukkan bahwa prosentase terbesar pada subsector pengembangan pemuda dan semua jenjang pendidikan sekolah dan perguruan tinggi. Jenjang perguruan tinggi menjadi sangat dipentingkan seusai temuan (Tayeb, 2016) bahwa Kerajaan Arab Saudi memutuskan untuk menghidupkan kembali peran penting pembiayaan proyek-proyek pembangunan peradaban Islam, khususnya yang berkaitan dengan penelitian ilmiah dan pengembangan teknologi. Hal ini dikarenakan wakaf adalah dasar dari sejarah Renaisans Ilmiah Islam. Instrumen ini menyediakan lingkungan yang stabil bagi para ilmuwan dan mahasiswa sains dan memastikan sumber daya berkelanjutan yang memungkinkan para sarjana Islam memiliki tingkat kebebasan penelitian dan memungkinkan mereka untuk mendedikasikan waktu untuk hasil ilmiah. Perguruan tinggi ketika mendapatkan dana wakaf didistribusikan seperti laporan (AI-Youbi & Zahed, 2021) sebagai berikut.

Gambar 4. Distribusi Dana Wakaf Untuk Perguruan Tinggi

Potensi Indonesia yang sangat bersar berkait dengan kedermawanan, diyakini bisa mengikuti langkah negara Arab Saudi untuk bisa mengintensifkan dana wakaf untuk menyokong perkembangan perguruan tinggi.

Daftar Pustaka

Abdullah, M. (2018). Waqf, Sustainable Development Goals (SDGs) and maqasid al-shariah. International Journal of Social Economics, 45(1), 158–172. https://doi.org/10.1108/IJSE-10-2016-0295

Admin SDGs Kemendes. (2020). Dari MDGs ke SDGs. Kementerian Pedesaan. https://sdgsdesa.kemendesa.go.id/dari-mdgs-ke-sdgs/

AI-Youbi, A. O., & Zahed, A. H. M. (2021). International Experience in Developing the Financial Resources of Universities. In A. O. AI-Youbi, A. H. M. Zahed, & A. Atalar (Eds.), International Experience in Developing the Financial Resources of Universities. Springer International Publishing. https://doi.org/10.1007/978-3-030-78893-3

Alam, S. (2021). Data Science and SDGs. In B. K. Sinha & M. N. H. Mollah (Eds.), Data Science and SDGs Challenges, Opportunities and Realities. Springer Singapore. https://doi.org/10.1007/978-981-16-1919-9

Budiantoro, S. (2018). SDGs Dan Pembangunan. SDG Center Universitas Padjajaran. http://sdgcenter.unpad.ac.id/sdgs-dan-pembangunan/

Hadiz, L. (2017). Dari MDGs Ke SDGS: Memetik Pelajaran Dan Menyiapkan Langkah Konkret. Buletin SMERU, 20. https://smeru.or.id/sites/default/files/publication/news201702.pdf

Hamza, H. (2021). Forms of Waqf Funds and SDGs. In Islamic Wealth and the SDGs (pp. 485–499). Springer International Publishing. https://doi.org/10.1007/978-3-030-65313-2_25

Huq, M. A., & Khan, F. (2017). The role of cash waqf in the development of Islamic higher education in Bangladesh. Journal of Islamic Economics, Banking and Finance, 13(4), 45–65. https://doi.org/10.12816/0051001

ICPH. (2022). Sustainable Development Goals. ICPH Health For All. http://theicph.com/id_ID/id_ID/icph/sustainable-development-goals/

Kuenkel, P., Kühn, E., Stucker, D., & Williamson, D. F. (2020). Leading Transformative Change Collectively. In Leading Transformative Change Collectively. Routledge. https://doi.org/10.4324/9781003033561

Mahamid, H. (2013). Waqf and Madrasas in Late Medieval Syria. Educational Research and Reviews, 8(10), 602–612. https://doi.org/10.5897/ERR12.140

Possumah, B. T. q. (2019). Blended ϐinance and SDGs in Indonesia shaping the role of waqf.pdf. Islamic Finance News, 28–29. https://www.researchgate.net/publication/332633308_Blended_Finance_and_SDGs_in_Indonesia_Shaping_the_role_of_Waqf

Pusat Studi SDGs ITS. (2020). Sustainable Development Goals. Pusat Studi SDGs ITS. https://www.its.ac.id/drpm/beranda/pusat/pusat-kajian/sdgs/tentang-kami/

Rehman, A., Koshak, A., & Ahmed, H. (2021). The Role of Awqaf in Achieving the SDGs and Vision 2030 in KSA. https://icd-ps.org/uploads/files/The Role of Awqaf in Achieving the SDGs and Vision 2030 in KSA (ENGLISH)_01632916648_7927.pdf

SDG Indonesia. (2017). Sustainable Development Goals. Sustainable Development Goals 2030 Indonesia. https://www.sdg2030indonesia.org/

Tayeb, O. (2016). Roadmap to Become a World-Class University. In O. Tayeb, A. Zahed, & J. Ritzen (Eds.), Becoming a World-Class University The Case of King Abdulaziz University. Springer International Publishing. https://doi.org/10.1007/978-3-319-26380-9



Menakar Peran Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri Pada UI Green Metric

Oleh: Dr. H. Muhammad Munadi, M.Pd
(Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah UIN RM Said Surakarta)

Pengantar

Lingkungan fisik yang mendukung kesuksesan pendidikan khususnya pendidikan dasar sampai menengah di Indonesia, tidak hanya diatur oleh Kementerian Pendidikan. Pengaturannya juga ditetapkan oleh Kementerian pada leading lingkungan hidup yaitu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (dulu disebut Kementerian Lingkungan Hidup). Untuk jenjang pendidikan tinggi karena ada sisi kemandirian, ada inisiatif yang dilakukan oleh Universitas Indonesia melalui pemerintkatan yang disebut: UI Green Metric. Keduanya dapat dilihat sisi perbedaannya pada table berikut.

Tabel 1. Perbandingan antara Adiwiyata dengan UI Green Metric

Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa UI Green Metric lebih memiliki skala yang lebih luas dibandingkan Adiwiyata terutama cakupannya lebih global. Namun keduanya memiliki arah yang sama dalam mendukung pencapaian Sustainable Development Goals.

UI Green Metric dan Keikutsertaan PTKIN

UI Green Metric mulai dikenalkan kepada public sejak tahun 2010. Pada awalnya diikuti 95 perguruan tinggi dalam negeri dan luar negeri baik milik pemerintah maupun milik swasta. Perkembangan pesertanya semakin lama semakin meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2021 yang mengikuti kegiatan ini mencapai 956 perguruan tinggi mencakup semua perwakilan benua di bumi ini, baik benua Amerika, Eropa, Afrika, Asia serta Australia. Peningkatan jumlah PT dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 2. Jumlah Peserta Pemeringkatan UI Green Metric Tahun 2010 – 2021

Tabel 2 menunjukkan bahwa ada peningkatan luar biasa jumlah perguruan tinggi yang mengikuti pemeringkatan ini, terutama terjadi pada tahun 2011, 2016, 2017, dan tahun 2020. Sedangkan keikutsertaan pada  PTKIN meningkat tajam pada tahun 2019 dan 2020. PTKIN yang ikut serta dalam kegiatan ini dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 3. Perkembangan Keikutsertaan PTKIN Pada UI Green Metric

Tabel 3 menunjukkan bahwa PTKIN mulai berperan serta dalam UI Green Metric sejak tahun 2015 dengan dipelopori 2 PTKIN, yaitu  Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan. Namun kedua PTKIN ini justru tidak ikut di tahun 2021. Kedua belas PTKIN yang juga absen tahun 2021 selain kedua PTKIN tersebut adalah IAIN Ponorogo. Namun demikian PTKIN berbentuk IAIN yang memulai mengikuti kegiatan ini ada 2 yaitu IAIN Ponorogo dan IAIN Samarinda (yang sekarang bernama UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda) pada tahun 2019. Pendatang baru PTKIN pada tahun 2021 adalah IAIN Langsa dan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.  Data yang ada juga menunjukkan bahwa UIN yang selalu konsisten naik peringkat dalam UI Green Metric adalah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung dan Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. Namun yang luar biasa adalah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung pada tahun 2021 naik pada 100 besar peringkat UI Green Metric

Belajar Dari UIN Raden Intan Lampung

UIN Raden Intan Lampung merupakan satu-satunya PTKIN  yang tahun ini mencapai peringkat 100 besar PT di UI Green Metric pada tahun 2021. Sejak Tahun 2018 selalu naik peringkat dari urutan 337 menjadi urutan  81 pada tahun 2021. Penyebaran indikator penilaiannyapun juga relative seimbang. Gambarannya sebagai berikut.

Tabel 4. Capaian UIN Raden Intan Lampung pada UI Green Metric

Tabel 4 terlihat bahwa indikator yang di bawah 1000 terletak pada indikator air (water). Yang lainnya berada di atas 1000, yaitu indikator penataan infrasturktur (Setting & Infrastructure), energy dan perubahan iklim (Energy & Climate Change), limbah (waste), transportasi (transportation), serta pendidikan dan penelitian (Education & Research). Keenam indikator tersebut yang paling mudah diadopsi adalah indikator keenam, yaitu: pendidikan dan penelitian dengan  sub indikatornya sebagai berikut:

Tabel 4. Indikator Pendidikan dan Penelitian UI Green Metric

No Indikator dan Sub Indikator
ED 1 Rasio mata kuliah terkait keberlanjutan dibanding keseluruhan mata kuliah
ED 2 Rasio dana penelitian keberlanjutan dibanding seluruh dana penelitian kampus
ED 3 Jumlah publikasi ilmiah yang diterbitkan terkait keberlanjutan (jumlah rata-rata yang diterbitkan setiap tahun selama 3 tahun terakhir)
ED 4 Jumlah acara/kegiatan kampus yang berkaitan dengan keberlanjutan (rata-rata per tahun selama 3 tahun terakhir)
ED 5 Jumlah organisasi kemahasiswaan yang berkaitan dengan keberlanjutan
ED 6 Situs web keberlanjutan yang dikelola universitas
ED 7 Ketersediaan laporan keberlanjutan
  Total

 (Universitas Indonesia, 2019)

Ketujuh sub indikator tersebut bisa diintegrasikan dalam kegiatan tri dharma perguruan tinggi (pendidikan dan pengajaran, penelitian serta pengadian kepada masyarakat) serta kegiatan kemahasiswaan yang mengacu pada sustainable development goals pada LPPM, UPPS dan program studi.

Kesemua aktivitas green metric tersedia lengkap dari tahun 2018 sampai saat ini pada tautan: https://green.radenintan.ac.id/.  Keberadaan link ini memudahkan PTKI negeri dan swasta bisa segera dan cepat mem-benchmark UIN Raden Intan Lampung. 

Referensi

https://greenmetric.ui.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/UI_GreenMetric_Guideline_2019_Indonesian.pdf

https://greenmetric.ui.ac.id/rankings/overall-rankings-2021

https://greenmetric.ui.ac.id/rankings/overall-rankings-2020

https://greenmetric.ui.ac.id/rankings/overall-rankings-2019

https://greenmetric.ui.ac.id/rankings/overall-rankings-2018

https://greenmetric.ui.ac.id/rankings/overall-rankings-2017

https://greenmetric.ui.ac.id/rankings/overall-rankings-2016

https://greenmetric.ui.ac.id/rankings/overall-rankings-2015

https://greenmetric.ui.ac.id/rankings/overall-rankings-2014

https://greenmetric.ui.ac.id/rankings/overall-rankings-2013

https://greenmetric.ui.ac.id/rankings/overall-rankings-2012

https://greenmetric.ui.ac.id/rankings/overall-rankings-2011

https://greenmetric.ui.ac.id/rankings/overall-rankings-2010

Berfokus Pada Upaya dan Strategi Merawat Indonesia Dalam Lingkungan Mahasiswa dan Masyarakat

Oleh: Yeni Lestari
(Mahasiswa UIN RM Said Surakarta)

Mahasiswa serta masyarakat saat ini mempunyai tantangan yang harus dihadapi dalam era ini. Bermula dari tantangan pendidikan, kesejahteraaan, kesehatan, etika dan moral. Bahkan saat ini tantangan dalam menghadapai paham-paham yang salah mulai muncul dan menyerang berbagai lapisan. Bukan hanya mahasiswa yang menjadi sasaran melainkan masyarakatpun juga menjadi sasaran. Tantangan radikalisme dan ekstrimisme yang perlu kita sampaikan dalam tulisan ini. Agar mahasiswa pada khususnya serta masyarakat pada umumnya, tidak terjebak atau terjerumus dalam hal tersebut. Sebab hal ini akan mengancam keutuhan NKRI yang berdasar negara Pancasila serta semboyannya Bhinneka Tungga Ika.

Berangkat dari sinilah peran mahasiswa serta kerjasama dengan masyarakat sangat dibutuhkan. Namun perlu disadari dengan betul bahwa opini-opini diluar yang menyebutkan “mahasiswa is a agent of social control” artinya mahasiswa mempunyai peran penting sebagai agen perubahan sosial dan kontrolingnya. Maka kita sebagai mahasiswa, dalam hal ini harus mempunyai peran aktif untuk penanganan tantangan-tantangan yang ada ini. Dengan aktifnya mahasiswa dalam melakuakan perubahan akan menjadi upaya dan strategi kita dalam merawat dan menjaga Indonesia.

Lalu apa yang akan kita upayakan dan strategi yang bagaimana agar Indonesia tetap utuh dan mampu mengahadapi tantangan-tantangan zaman. Dalam materi sebuah pelatihan kepemimpinan mengenai prinsip dan nilai dasar dalam moderasi beragama. Seorang pemateri yang hebat “Dr. Endin AJ “, menyebutkan bahwa “hal yang perlu dilakukan diantaranya adalah menghargai pendapat orang lain, memahami silsilah keilmuan, menolong atas nama kemanusiaan, pengamalan keagamaan untuk diri sendiri serta pengamalan keagamaan untuk orang lain”. Dari yang disampaikan beliau ini sangat diperlukan dan menjadi tindakan serta strategi yang dapat dilakukan.

Perlu diingat juga bahwa adanya pemahaman literasi bahan moderasi beragama, bahan paham radikal serta ektrimisme juga perlu dipahamkan terlebih dahulu dan ditamankan dalam masing-masing generasi literasi yang mana mahasiswa berperan aktif didalamnya.

Kaitannya dengan hal ini, ketika kita sebagai mahasiswa sudah mempunyai bahan literasi dan pengetahuan serta pengalaman yang cukup. Menjadi kewajiban kita dalam melakukan perubahan itu. Artinya, mahasiswa mempunyai peranan dalam terjun ke masyarakat. Dimana masyarakat awam saat ini memerlukan pemahaman yang lebih mengenai peran-perannya serta pemahamannya mengenai tantangan zaman yang harus dihadapinya. Sebab masyarakat luas akan jauh lebih terkena dampak dari paham yang salah (adanya tindak radikal dan ektremisme) dalam kehidupannya. Berawal dari ini, peran aktif mahasiswa dalam menyampaikan upaya serta strategi apa yang harus dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat diuji.

Mahasiswa dibutuhkan perannya dalam menangani hal ini dan berkolaborasi aktif dengan masyarakat yang menjadi sasaran empuk dari paham ini. Serta menyuarakan ekpresi cinta NKRI, bukan hanya dengan jargon “NKRI Harga Mati”. Namun dengan tindakan aktif atau peran aktif yang dilakukan dalam mewujudkan rasa serta eskpresi cinta tanah air. Apa? Pertanyaannya lalu apa yang dapat dilakukan mahasiswa serta masyarakat dalam berfokus merawat dan menjaga Indonesia?

Singkat dan padat “boleh kita berfikir dan bertindak radikal ke dalam, tapi tidak berfikir dan bertindak radikal ke luar”. Artinya kita berfikir dan bertindak radikal kedalam diri kita sendiri dalam melakukan ibadah yang baik. Namun dilarang keras untuk berfikir radikal ke luar, yang mengkafirkan orang luar. Tetapi dengan orang luar kita harus menjunjung tinggi nilai moderasi beragama serta toleransi dalam beragama. Serta dengan melakukan hal-hal positif yang tidak akan mengancam keberadaan NKRI, akan menjadi tindakan yang perlu dilakukan.

Sebab dengan hal ini, tujuan yang akan kita lakukan yang mana mampu merawat Indonesia akan terwujud. Dengan adanya peran aktif mahasiswa yang mampu berkolaborasi dengan masyarakat. Yang didasarkan pada bingkai moderasi beragama, toleransi dan kebhinekaan. Serta yang utama adalah mampu merawat dan menjaga keutuhan NKRI dengan dasar negaranya berupa Pancasila. Semua akan terwujud dengan maksimal dan Indonesia akan mencapai bonus demografi dan Indonesia emas yang maksimal dan terarah. Menjadikan Indonesia maju, Indonesia utuh, dan Indonesia tangguh.

Perkuat ketahanan diri dengan moderat beragama, ilmu dan perbanyak komunikasi serta aksi yang positif agar Indonesia tetap utuh dan tidak tercerai berai. Masyarakat sejahtera berbingkai kebhinekaan, berbalut toleransi dan tetap berdasar pada nilai pancasila. Mampu mengarungi dan berperang dengan tantangan zaman. Bidang pendidikan, kesejahteraan, kesehatan, ekonomi dan lainnya. Serta mampu bersaing dengan negara lain dalam bidang IT. Manfaatkan dengan maksimal namun tetap rendah hati.

Selalu Lakukan Sesuai Target Yang Tertulis, Akan Membimbing Menuju Cita-Cita

Oleh: Retno Wulan Widiasih
(Wisudawan Terbaik Hukum Ekonomi Syariah/Fakultas Syariah)

Setiap wisudawan pasti memiliki pengalaman dan lika-liku perjuangannya masing-masing, begitupun saya. Sejak awal masuk SMA saya berniat kuat untuk melanjutkan kuliah. Beruntung niat saya tersebut didukung penuh oleh kedua orang tua saya. Sekolah saya sebelumnya, SMA N 1 Sukoharjo juga banyak memberikan pengarahan terkait jalur masuk kuliah. Kakak tingkat yang lebih dulu memasuki jenjang perkuliahan juga tidak segan untuk memberikan penjelasan kepada saya terkait jalur masuk perkuliahan.

Dengan segala informasi yang saya miliki, semua berjalan lancar pada awalnya. Sampai kurang lebih seminggu sebelum ujian sekolah saya mengalami kecelakaan. Saat itu kaki saya patah dan harus menjalani operasi. Singkat cerita karena itu berbulan-bulan saya tidak dapat berjalan.

Saya mendaftar ke UIN Raden Mas Surakarta lewat jalur mandiri. Saat itu saya tes di Gedung Pascasarjana (sekarang Gedung Fakultas FAB) lantai 3. Berjalanpun saat itu saya masih menggunakan tongkat dan dibantu. Beruntung saya akhirnya dapat diterima pada prodi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah.

Memasuki awal perkuliahan, saya merasa kesulitan memahami materi mata kuliah. Saya merasa tertinggal dibanding dengan teman-teman yang lain. Namun, saya bertekad bahwa jika saya berusaha pasti bisa. Saya berusaha untuk memperhatikan dengan tekun di kelas, bertanya pada dosen dan teman-teman, sampai membaca buku dan referensi pendukung lainnya semaksimal mungkin. Untuk mata kuliah yang menurut saya sulit, saya selalu meluangkan waktu lebih untuk belajar. Saya bahkan sempat mengulang mata kuliah yang menurut saya kurang maksimal.

Saya selalu berusaha membuat target yang ingin dicapai. Setiap harinya saya juga membuat to do list. Walaupun saya tidak selalu dapat mencapai apa yang saya targetkan, tetapi menurut saya dengan membuat target, sangat membantu saya untuk lebih semangat dalam belajar ataupun mengerjakan tugas.

Memasuki semester 4, saya berkesempatan untuk mendapatkan beasiswa Bank Indonesia. Saya menerima beasiswa selama 2 periode yaitu pada tahun 2019 dan 2020. Selain mendapatkan dana pendidikan, saya juga berkesempatan untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh BI dan menjadi bagian dari komunitas penerima beasiswa BI yaitu GenBI. Di GenBI Solo posisi saya sebagai staf divisi Lingkungan Hidup.

Di Fakultas, pada tahun 2020 saya juga berkesempatan untuk menjadi pengurus DEMA Fakultas Syariah sebagai staf PSDM. Saya berusaha untuk aktif dalam setiap kegiatan organisasi, tanpa melupakan kewajiban saya di bidang akademik.

Dengan mengikuti naluri serta target yang tertulis maka dapat dikatakan kita telah menyusun tiap anak tangga hingga sampai puncak gedung tertinggi. Hasil tidak akan menghianati usaha yang telah kita lakukan. Lakukan yang terbaik dan sebaik-baiknya, begitu seterusnya agar tidak ada kata menyesal dikemudian hari.