Diet Keto ( Diet Rendah Karbohidrat, Tinggi Lemak) – Apakah Aman Dilakukan?

Oleh: Dewi HS (Biotechnologist, Center for Science and Technology- Dosen IAIN Surakarta)

Apa itu Diet Keto?

Diet keto merupakan salah satu jenis diet rendah karbohidrat dengan menerapkan pola makan rendah karbohidrat (kurang dari 50gram per hari), namun tinggi lemak. Diet keto makin populer karena terbukti dapat menurunkan berat badan 2,2 kali lebih efektif dibandingkan diet rendah lemak. Akan tetapi, diet keto bukan sembarang diet yang dapat diterapkan pada setiap individu. Diet ini biasanya digunakan oleh dokter sebagai pendamping terapi pengobatan penyakit tertentu. Pada tahu 1920, diet keto mulai digunakan sebagai diet pendamping pengobatan penderita epilepsi. Kemudian, mulai tahun 1960 diet ini mulai banyak digunakan sebagai treatment obesitas, misalnya pada penderita diabetes tipe II.  

Terdapat beberapa jenis diet keto, antara lain diet keto standar, diet keto klinis, dan diet keto tinggi protein. Dari ketiga jenis tersebut, diet keto standar merupakan yang paling banyak digunakan. Diet keto standar menerapkan pola makan low-carbohydrate (rendah karbohidrat), moderate-protein (protein sedang), dan high-fat (tinggi lemak). Komponen diet ini adalah 70% lemak, 20% protein, dan 10% karbohidrat, dengan total karbohdrat tidak lebih dari 50gram per hari.

Bagaimana Cara Kerjanya?

Karbohidrat (terutama glukosa) merupakan sumber energi utama pada tubuh manusia yang dapat diperoleh dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat. Akan tetapi, pada diet keto asupan karbohidrat sangat rendah. Padahal, otak sebagai sistem saraf pusat tetap membutuhkan glukosa, karena otak tidak dapat menyimpan cadangan glukosa. Otak membutuhkan sekitar 120gram glukosa per harinya. Oleh karena itu, setelah beberapa hari penerapan diet keto, otak akan mendorong dipenuhinya glukosa dengan memecah glukosa yang tersimpan dalam hati dan otot. Setelah 3-4 hari cadangan glukosa dalam tubuh akan habis. Selanjutnya, tubuh akan mulai menggunakan badan keton, yang merupakan hasil metabolisme (pemecahan) lemak, sebagai alternatif sumber energi. Hal ini lah yang menyebabkan terjadinya penurunan berat badan pada diet keto. 

Apa yang Boleh Dimakan pada Saat Menjalani Diet Keto?

Pada diet keto, pelaksana diet harus mengkonsumsi lemak dalam porsi yang paling banyak dibandingkan karbohidrat dan protein. Lemak yang disarankan untuk dikonsumsi dalam jumlah banyak adalah lemak tidak jenuh (lemak sehat), seperti kacang (almond, kacang tanah, dan kacang mete), biji-bijian, avokad, dan olive oil. Lemak jenuh (lemak tidak sehat), misalnya lemak dari minyak kelapa/ palm, mentega, dan cokelat tidak disarankan untuk dikonsumsi dalam jumlah banyak.

Adapun yang menjadi tantangan dalam diet keto ini adalah konsumsi karbohidrat yang harus dalam jumlah sedikit. Padahal, buah-buahan yang seyogyanya adalah makanan sehat, justru banyak mengandung karbohidrat (gula). Demikian juga dengan sayuran yang juga mengandung gula. Lalu, apakah boleh mengkonsumsi buah dan sayur secara berlebihan saat menjalani diet keto ini? Sayangnya, tidak.

Pada saat menjalani diet keto, konsumsi buah dan sayur harus dibatasi jumlahnya. Pelaksana diet masih diperbolehkan makan buah, namun hanya dalam jumlah yang sedikit. Itu pun tidak disarankan untuk buah-buahan yang kadar gulanya terlalu tinggi, misalnya kelengkeng. Pisang pun boleh dikonsumsi, namun perlu diingat bahwa 1 buah pisang berukuran sedang sudah mengandung kurang lebih 25 gram karbohidrat. Demikian pula dengan sayuran, hanya boleh dikonsumsi dalam jumlah sedikit.   

Manfaat dan Dampak Negatif Diet Keto

Manfaat utama dari diet keto adalah mampu menurunkan berat badan dan memperbaiki keseimbangan metabolik. Pada penderita epilepsi, diet keto diketahui memberikan efek positif terhadap proses penyembuhannya. Diet jenis ini juga memberikan efek berupa penurunan berat badan dan kadar gula darah pada penderita diabetes tipe 2.

Meskipun demikian, manfaat dari diet keto baru diketahui untuk jangka pendek, sedangkan efek jangka panjang dari diet ini belum banyak diketahui. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Goldberg,dkk yang mempelajari diet keto pada hewan coba  menunjukkan bahwa hanya diet keto jangka pendek (1 minggu) yang mampu memberikan dampak positif berupa terjaganya keseimbangan (homeostasis) kadar gula. Di lain sisi, diet keto jangka panjang (2-3 bulan) justru memberikan berbagai efek negatif, seperti obesitas yang disebabkan penumpukan asam lemak, penuaan yang disebabkan oleh aktivasi sel-sel yang menyebabkan peradangan, dan berbagai penyakit misalnya stroke dan kardiovaskuler (penyakit yang berkaitan dengan jantung dan penyumbatan pembuluh darah). Selain itu, pembatasan konsumsi buah dan sayur pada diet ini akan memungkinkan terjadinya defisiensi (kekurangan) nutrisi.   

Apa Rekomendasi yang Diberikan?

Orang obesitas sehat dapat direkomendasikan untuk menjalani diet keto, dengan catatan melakukan pengecekan kadar gula dan kolesterol secara rutin. Akan tetapi, orang dengan kondisi penyakit tertentu (misalnya penderita kolesterol tinggi) dan orang dengan tingkat kebutuhan glukosa tinggi tidak direkomendasikan untuk menjalani diet keto. Dapat disimpulkan bahwa diet keto tidak dapat sembarang dilakukan. Akan lebih bijak jika dalam menjalani diet keto, selalu dikonsultasikan dengan dokter atau pun ahli gizi.

Referensi:

Goldberg, El. Et.al. (2020). Ketogenesis activates metabolically protective γδ T cells in visceral adipose tissue. Nature Metabolism. 10.1038/s42255-019-0160-6.
Paoli, A., Rubini, A., Volek, J. et al. Beyond weight loss: a review of the therapeutic uses of very-low-carbohydrate (ketogenic) diets. Eur J Clin Nutr  67, 789–796 (2013). Shilpa, J., Mohan, V. Ketogenic Diets: Boon or bane?. Indian J Med Res. 2018 Sep; 148(3): 251–253.