Menjadi Keluarga Harmonis, Dengan Memuliakan Seorang Perempuan

Oleh: Shofi Puji Astiti
(Dosen UIN RM Said Surakarta)

Mari ikhtiar bersama untuk adil kepada perempuan bersama al-qur’an sejak dalam pikiran. Dalam buku Nalar Kritis Muslimah karya Dr.Nur Rofiah, Bil.Uzm dijelaskan bahwa dalam sejarah manusia, ada yang disebut dengan misogini yang artinya cara pandang yang mengandung kebencian terhadap perempuan. Sehingga perempuan diperlakukan tidak adil, dinomerduakan setelah laki-laki, dan mendapatkan kekerasan.

Padahal kualitas manusia hanya ditentukan oleh ketaqwaannya. Sehingga bisa dipahami bersama bahwa sejauh mana hubungan baik kita terhadap Allah Swt akan melahirkan hubungan baik dengan makhlukNya. Nah, dalam hal ini taqwa mengisyaratkan adil termasuk pada orang yang kita benci. Sedangkan sejarah manusia diwarnai dengan kebenciaan terhadap perempuan. Maka, syarat dari orang yang mulia di sisi Allah Swt adalah ketaqwaannya dan salah satu tanda dari ketaqwaan adalah adil terhadap perempuan sejak dalam pikiran.

Perempuan merupakan sosok istimewa yang diciptakan Allah Swt untuk menjadi makhluk yang pantas dicintai dan di hormati. Hal ini telah disebutkan dalam hadist nabi “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita salihah” (HR.Muslim no 1467).

Perhiasan merupakan barang yang sudah sepatutnya dijaga. Adapun riwayat dari sahabat Abdullah bin Abbas bahwa Nabi pernah bersabda “Sebaik-baiknya perempuan penghuni surga adalah Khadijah binti Khuwaylid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiyah binti Mazahim istri Fir’aun”.

mari kita mengenal lebih dekat, empat perempuan istimewa yang disebutkan Nabi, sebagai penghuni surga. Pertama, Khadijah binti Khuwaylid, merupakan istri dari baginda Nabi yang senantiasa menemani Nabi dalam situasi apapun, termasuk saat Nabi sedang kesulitan, terutama pada awal periode berdakwah.

Beliau rela memberikan hartanya untuk membantu Nabi berjuang di jalan Allah. Bahkan Nabi sendiri telah bersabada yang artinya “Ia beriman kepadaku ketika semua manusia ingkar. Ia membenarkanku ketika seluruh manusia mendustakan. Ia membantuku dengan hartanya ketika semua manusia menahan hartanya.” (HR. Ahmad). Khadijah juga perempuan yang pertama masuk Islam yang termasuk dalam “Assabiqunnal Awwalun” yang berarti orang-orang yang pertama memeluk Islam.

Kedua, Fatimah binti Muhammad, merupakan putri dari Rasulullah dengan Khadijah. Ia seorang putri yang patuh dan taat kepada orangtuanya. Fatimah juga istri dari sahabat Nabi yakni Ali Bin Abi Thalib. Fatimah dikenal dengan kesabarannya, keimanannya, kecerdasannya serta ketaatannya  pada sang suami. Salah satu buktinya ia mampu menjaga cintanya untuk sang suami hingga kisahnya dijadikan salah satu kisah romantis bagi umat muslim.

Ketiga, Maryam binti Imran, merupakan perempuan yang kisahnya telah diabadikan di dalam Al-Quran yaitu Surat Maryam yang berjumlah 98 ayat. Beliau selalu menjaga kesucian dirinya dan taat beribadah kepada Allah SWT, sebab kemuliaan dirinya Allah menganugerahkan seorang putra dalam kandungannya disaat masih gadis.

Tentu ini menimbulkan berbagai kontra mengingat Maryam belum bersuami, karena tidak mungkin dapat hamil tanpa adanya suami. Tetapi karena kuasa Allah apa yang tidak mungkin tentu menjadi mungkin ketika Allah sudah berkehendak. Namun Maryam begitu sabar dalam mengahadapi hinaan serta cacian. Beliau sangat telaten merawat Nabi Isa As dalam pengasuhannya yang penuh kasih dan sayang.

Keempat, Asiyah binti Mazahim, merupakan seorang istri dari Raja Fir’un yang dikenal sangat kejam dan mengaku sebagai Tuhan. Asiyah tetap pada pendiriannya untuk tetap menyembah Allah SWT walaupun Fir’aun memberi ancaman untuk dirinya akan dibunuh jika tidak mau menyembahnya. Asiyah tetap yakin bahwa hanya Allah lah yang patut disembah. Keyakinannya inilah yang membawa dirinya termasuk dalam perempuan yang dijamin masuk surga.

Dari kisah tersebut ada banyak hikmah yang dapat kita petik untuk kehidupan sehari-hari. Sebagai perempuan harus menjaga kesucian dan kehormatan diri, menjaga ketaatan Allah Swt, kesetiaan kepada pasangan, kasih sayangnya pada keluarga, kedermawanan pada orang yang membutuhkan dan kecerdasaan dalam bersikap maupun berpikir.

Luar biasa perjuangan perempuan-perempuan tersebut dimasa  jahiliyah, masa yang notabennya umat Islam belum  sebegitu banyak tidak seperti sekarang. Apalagi di zaman sekarang di mana emansipasi perempuan dikoar-koarkan, dikibarkan untuk derajat perempuan yang lebih baik.

Maka sudah sepatutnya kita yang telah mendapat banyak kesempatan untuk menjadi perempuan yang bertaqwa pada Allah SWT, dengan kelembutan sikap, serta kecerdasan dalam berpikir, sehingga diharapkan mampu  menjelma perempuan berdaya, bermanfaat, dan memberi maslahat pada orang-orang disekitarnya, sebagaimana teladan yang digambarkan oleh 4 perempuan yang dikisahkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW.

Diterbitkan juga di https://mubadalah.id/ dengan judul yang berbeda