PSPK Adakan Focus Group Discussion (FGD) “Penyusunan Rencana Pembelajaran Semester Mata Kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan”

SINAR- Jumat (17/7) Pusat Studi Pancasila dan Kewarganegaraan (PSPK) telah melangsungkan FGD dengan seluruh dosen IAIN Surakarta yang mengampu mata kuliah pancasila dan PKN. Diskusi menghadirkan tiga narasumber, diantaranya Dr. Imam Makruf, M.Ag, sebagai Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga IAIN Surakarta, Dr. Waryunah Irmawati, M.Hum sebagai senior pengampu mata kuliah PKN, serta Azzah Nilawaty, M.A. dosen ilmu al-Qur’an dan Tafsir IAIN Surakarta sekaligus pengampu mata kuliah PKN. Adapun inti kegiatan diskusi adalah untuk menyamakan persepsi bagaimana menyusun RPS mata kuliah pancasila dan PKN.

Narasumber pertama, yaitu Dr. Imam Makruf, S.Ag., M.Pd, menyampaikan, bahwa pancasila adalah mata kuliah yang paling kuat dan mata kulaih nasional selain PKN, bahasa Indonesia, dan Agama yang harus ada dalam kampus. Oleh karena itu, semua mahasiswa harus mendapatkan materi pancasila dan kewarganegaan tanpa terkecuali. Di dalam RPS IAIN sendiri, terdapat core value, seperti religiosity, modernity, civility, dan professionality. Sebagaimana dengan pancasila yang di dalamnya memuat nilai-nilai tersebut. Oleh karena itu, mata kuliha pancasila harus memuat core value IAIN Surakarta. Misalnya, bagaimana nilai religiosity dalam pembelajaran untuk mengimplementasikan sikap religius mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari. Modernity, yaitu bagaimana mengarahkan pembelajaran agar mengikuti perkembangan zaman modern, misalnya ke arah perkembangan teknologi. Civility, bagaimana mendorong norma-norma dan keadaban. Professionality, di mana pancasila bukan ilmu yang berdiri sendiri, tetapi masuk dalam semua wilayah keilmuan. Misalnya, dalam fakultas pendidikan, adanya nilai pancasila untuk menciptakan calon pendidik yang baik, kemudian di fakultas syariah sebagai ahli hukum dan pengacara yang anti korupsi, jujur, dan belaku untuk fakultas lainnya.

Selain itu, mengikuti himbauan pemerintah tentang moderasi beragama, maka adanya mata kuliah pancasila harus mewadahi semua agama dengan bagaimana menyikapi ras, agama, suku, dan budaya yang berbeda. Jadi, tujuan utamanya adalah untuk memasukan nilai-nilai pancasila dalam semua mata kuliah. Tetapi tidak kemudian memaksakan, karena ada mata kuliah tertentu yang sulit memasukan nilai-nilai pancasila, misalnya mata kuliah statistika. Nilai-nilai pancasila ini bukan sekedar teori, tetapi masuk dalam aktivitas mahasiswa, bukan sub tema yang disisipkan dalam RPS setiap mata kuliah.

Selanjutnya, Dr. Waryunah Irmawati, M.Hum. sebagai narasumber kedua turut memperkuat pernyataan Dr. Imam Makruf, M.Pd, bahwa mata kuliah pancasila sebgai mata kuliah nasional dan semua mahasiswa harus mendapatkannya. Waryunah menambahkan, urgensi adanya mata kuliah pancasila sebagai refleksi dari fenomena penting yang terjadi hari ini, seperti persoalan dekadansi moral, korupsi, dan sebagainya. Sehingga pancasila hadir sebagai tameng bagi generasi penerus bangsa agar tidak terjerumus dalam dekadansi moral, korupsi dan kasus lainnya. Oleh karena cakupan materi pancasila lebih pada teori, maka mata kuliah pancasila dibungkus melalui kreatifitas. Adapun tujuan sebenarnya dari mata kuliah pancasila adalah mengimplementasi sikap dan perilaku mahasiswa sesuai nilai pancasila dalam sehari-hari.

Menanggapi pernyataan Dr. Waryunah Irmawati, M.Hum. anjuran membungkus pembelajaran mata kuliah dengan kreatifitas, narasumber ketiga, Azzah Nilawaty menyampaikan, ada beberapa metode yang cukup efektif diterapkan dalam pembelajaran mata kuliah pancasila dan PKN, diantaranya; pertama, mengaitkan pancasila dengan al-Qur;an karena lima nilai pancasila ada dalam al-Qur’an. Hal ini juga untuk menegaskan bahwa pancasila tidak bertentangan dengan agama. Hal ini juga sejalan dengan core value IAIN Surakarta yaitu religiusitas.

Kedua, Sosiodrama, merupakan metode bermain peran yang membagi mahasiswa menjadi beberapa kelompok untuk membuat drama tentang suatu peristiwa, misalnya sekelompok mahasiswa yang menceritakan pancasila dalam orde baru dan kelompok lain menceritakan pancasila masa reformasi. Melalui sosiodrama mendorong mahasiswa aktif mencari informasi. Setelah itu, dilakukan evaluasi bersama di kelas. Ketiga, mencari informasi melalui internet khususnya web IAIN Surakarta dan Islamsantun.com. Mengingat ketika banyak mengambil informasi dari website kampus akan memberikan keuntungan tersendiri untuk IAIN Surakarta. Keempat, PBL (Problem Base Learning), dengan mengimplementasikan nilai-nilai pancasila secara langsung, misalnya membersihkan tempat ibadah (masjid), mengenalkan nilai pancasila di TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an), dan mendampingi anak-anak difabel. Kegiatan ini seperti KKN sederhana. Kelima, menyajikan film dokumenter,. Keenam, Quziz, aplikasi untuk memberikanl latihan kepada mahasiswa, karena mahasiswa dituntut untuk berpikir cepat. Setelah itu, memberikan apresiasi kepada siswa yang mendapatkan nilai cukup tinggi. Ketujuh, presentasi menggunakan PPT dan makalah.

Adapun output yang dihasilkan dari beberapa metode pembelajaran di atas, diantaranya; esai, review film, video bisa berupa hasil kegiatan sosiodrama, laporan diskusi kelompok, dan mind map. Setelah selesai, melakukan evaluasi tentang apa saja kekurangan selama pembelajaran mata kuliah pancasila atau PKN dan apa yang perlu ditambahkan agar menjadi lebih baik. (Gus/ Humas Publikasi)