Bicara Masa Depan dan Tantangan Transformasi IAIN, Dirjen Pendis: USTAD Harus Jadi Poros Utama

SINAR- Ahad (4/10) Bertempat di Ruang Sidang Senat Rektorat IAIN Surakarta, Direktur Jendral Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kementerian Agama Prof. Dr. Muhammad Ali Ramdhani, S.T., M.T berkesempatan hadir untuk berdiskusi bersama dengan keluarga besar IAIN Surakarta dengan tema Masa Depan dan Tantangan Transformasi IAIN Surakarta. Dalam paparannya beliau mengatakan, Beberapa orang hebat adalah yang mampu membaca masa depan dengan detail, orang yang bisa membaca masa depan adalah pemilik masa depan. Dulu sempat diramalkan bahwa seperti mesin tik akan hilang, kantor pos akan tutup dsb itu ternyata pada hari ini kenyaataan, jelasnya. Selanjutnya beliau menyampaikan bahwa diramalkan profesi yang akan hilang adalah dosen, dan institusi yang akan hilang adalah perguruan tinggi. Gejala ini mulai nampak ketika google corporation sebagai salah satu perusahaan terkemuka di dunia sudah mulai menerima pekerja-pekerja yang non graduate yang paling penting bagi mereka adalah memenuhi 3 aspek yang biasa disebut the answer of the us yang merupakan akronim dari attitude, skill dan knowledge, terangnya. Ilmu pengetahuan yang di agung-agungkan oleh akademisi nyatanya hanya menempati peringkat ke tiga, karena buat apa pintar kalau tidak bisa bekerja? buat apa pintar kalau korupsi?

Lebih lanjut beliau menjelskan, kita perlu penguatan banyak hal Setelah menjadi UIN maka pluralism harus menjadi semakin kuat. Amanat dari funding father hakekat pendirian PTKIN pada prinsipnya menyandarkan pada sebuah filosofi yang kemudian kita terjemahkan sebagai lembaga yang mentrasformasi ilmu nilai dsb. Transformasi ilmu perangkatnya adalah kelembagaan dan orang yang menggerakkan nya adalah ustad, ustad ini harus dipahami sebagai agen penggerak perubahan untuk mentransformasikan ilmu, ustad merupakan akronim Ushuluddin, Syariah, Tarbiyah, Adab dan Dakwah

Hal-hal fundamental ketika bertransformasi menjadi UIN maka nilai-nilai teologis yang diusung oleh keilmuan ushuluddin menjadi bagian penting. Setelah landasan fundamental keagamaan kuat ada di dalamnya ilmu tafsir, ilmu quran dsb maka kekuatan fondasi ini akan menuntut kita membentuk sebuah tatanan hukum yang baik yang kemudian disebut syariah. Syariah ini akan mengatur manusia-manusia untuk bekerja didalam dimensi Ilahiah mentransformasikan diri sebagai makhluk sosial yang porosnya adalah nilai-nilai keagamaan. Yang kemudian pemahaman kita terhadap terhadap teologi, hukum-hukum harus diajarkan kepada sesama, maka peran tarbiyah akan menjadi penting menyelaraskan antara hukum dan keilmuan menjadi penting dalam pengembangan UIN ke depan tarbiyah menjadi poros yang kuat. Setelah kokoh dengan dimensi ketuhanan kemudian memiliki tatanan hidup yang kuat dan diajarkan kepada sesama kita akan membentuk sebuah norma kehidupan pada ruang-ruang kemasyarakatan dan maka peradaban mengambil alih pada ruang-ruang ini. Dan hal yang tak kalah penting sebagai pemahaman kita pada konsep islam rahmatan lil alamin maka nilai-nilai kebaikan ini harus diajak pada orang lain kemudian dakwah masuk disitu. Saya ingin keberpihakan kita melihat berbagai fenomena turunnya nilai-nilai pada universitas yang berdimensi keagamaan ketika dia bertransformasi dalam dinamika ilmu kekinian maka canangkan dan kuatkan pada diri kita ustad adalah poros utamanya. Ketika nanti akan hadir kedokteran, fisip dll transformasi dengan nilai ustad inilah yang menjadi kekokohan kita, terangnya. (Zat/Humas dan Publikasi)